When A Mage Revolts - Chapter 667

Bab 667: Tabrakan Epik

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Menonton ini, mereka semua menahan napas.

Seluruh kota yang dikurung oleh penghalang emas cukup mengejutkan, tetapi setidaknya untuk semua orang mengira itu hanya tindakan seni ilahi Gereja dan berkat dari Tuhan. Karena itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, apa yang menyebabkan rahangnya jatuh adalah benda ini sebanding dengan skala penghalang yang muncul di langit dalam sekejap mata.

Mereka tidak bisa tidak mengingat kejadian mengerikan yang terjadi beberapa tahun yang lalu.

Sebuah bola air raksasa mengalir melalui kota, diikuti oleh wabah yang merenggut nyawa puluhan ribu warga mereka …

Dari dekat, warga dapat melihat bahwa kepalan ini sepertinya terbuat dari air. Karena itu sangat besar di luar pemahaman, mereka bahkan tidak bisa melihat semuanya, hanya bagian tertentu dari kepalan tangan yang bisa dilihat. Mereka merasa seolah-olah sedang menatap tangan raksasa mitos.

“I-Ini terlalu menakutkan!”

Bahkan ada beberapa yang langsung berlutut.

Jika warga yang berada di kejauhan sudah seperti ini, maka bayangkan penjaga di sekitar tembok kota. Sebagai seorang prajurit yang menjalani pelatihan militer yang ketat, EQ mereka lebih tinggi daripada rata-rata Anda, tetapi ketika dihadapkan dengan fenomena ini, praktis setiap orang menelan hati mereka.

Tinju itu … Tinju itu menuju ke arah mereka!

Ketakutan akan kematian sangat berat di hati semua orang dan mereka hanya bisa berdiri dengan langkah yang kosong, pikiran mereka dibersihkan tanpa harapan untuk melarikan diri.

Pasangan kaki yang tak terhitung jumlahnya gemetar, tampaknya terlalu tidak stabil untuk menopang berat badan mereka, namun terlalu kaku untuk jatuh.

Namun, pada kenyataannya, tinju itu tidak ditujukan pada mereka tetapi lebih merupakan penghalang emas di atas kepala mereka. Ketakutan mereka yang hebat telah menyebabkan mereka memandang situasi dengan tidak tepat.

Benjamin tidak tertarik membinasakan warga lagi.

“Cepat! Ada pendeta yang jaraknya kurang dari seribu meter! ”Sistem memperingatkan dengan gelisah seolah-olah itu adalah hitungan mundur untuk lari demi permainan hidupmu.

Benjamin, di sisi lain, anehnya tenang.

Seolah-olah dia terputus dari kenyataan ketika dia mengintip Havenwright. Penghalang emas yang menjulang, kepalan biru raksasa … Mereka seperti dua model yang akan bertabrakan di matanya. Ada banyak tanda mengambang di sekelilingnya, dan seluruh pandangannya berkedip antara realitas dan fantasi.

Dia tidak bisa memahami perasaan ini, tapi ini adalah pertama kalinya dia secara sembrono menggunakan kekuatan “Keturunan Air”.

Mungkin inilah yang dimaksud Sistem ketika dia mengatakan bahwa Benyamin akan memasuki bidang unsur ketika dia menggunakan “Descending of Water”. Dia sekarang berdiri di titik tengah antara kenyataan dan dunia Blue Pure. Dia bisa merasakan betapa halusnya saat kedua dunia ini bertemu, seperti dua kertas putih paralel yang tiba-tiba saling melipat.

Waktu sepertinya bergerak cepat dan lambat pada saat bersamaan.

Beberapa detik kemudian, Benjamin tiba-tiba menjulurkan tangan kanannya di depannya, sebelum mengepalkan telapak tangannya.

Pada saat itu, kepalan besar di atas kota terkompresi secara drastis, akhirnya menyusut menjadi ukuran kantong pasir.

Orang-orang di Havenwright terpana.

Mayoritas dari mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi dan hanya bisa melihat kepalan tangan yang menakutkan menyusut … dan menyusut ….. tak lama, itu telah menghilang dari pandangan mereka. Hanya beberapa ratus prajurit di tembok kota yang dapat dengan jelas melihat tinju itu masih melayang tidak terlalu jauh.

Mungkin mengompresi jumlah air yang begitu gila ke dalam volume sekecil itu telah membuatnya menjadi tidak stabil, namun, tidak ada kesalahan bahwa tangan biru itu gemetar di udara. Gelombang air di permukaan seperti di roller coaster ketika mereka berguling-guling, bahkan membawa semacam visi ilusi. Beberapa dari mereka bahkan mulai mencurigainya sebagai fatamorgana.

– Oh, betapa mereka berharap itu benar-benar fatamorgana. Mereka akan sangat beruntung.

Di bawah tatapan putus asa mereka, Benjamin menarik tinjunya, fokus dan kemudian meninju ke udara. Tinju biru terkompresi meniru gerakannya dan terbang ke depan menuju penghalang emas.

Seketika, tinju dan penghalang bertabrakan.

Seolah-olah waktu berhenti pada detik ini.

Wajah para prajurit yang kelelahan, para penduduk di bawah mata yang melebar, para imam bergegas melalui jalan-jalan dari jauh sambil mengulurkan tangan mereka dan berteriak … Seperti bingkai membekukan dari sebuah film bencana sesaat sebelum dampak tsunami, pemandangannya kacau, namun adegan itu kacau, namun artistik.

Yang terjadi selanjutnya, adalah penghancuran seluruh ‘karya seni’.

Memukul!

Langit dan bumi bergetar saat langit bergemuruh.

Suara ledakan diikuti oleh cahaya berkilau yang meledak dari langit. Banyak yang terguncang ke inti oleh kekuatan tabrakan. Tabrakan antara kepalan tangan dan penghalang tampak menyinari matahari kecil, sangat cerah sehingga menyilaukan. Setelah itu, kepalan air yang terkompresi meledak. Air terjun yang menggantung di udara mulai mengalir dari langit di atas Havenwright.

Tembok kota hampir hancur karena dampak.

Setengah kota tersandung setelah gempa; terdistorsi dan tidak mengerti tentang apa yang sedang terjadi. Hanya setengah dari kota yang jauh dari aksi dapat melihat semua yang baru saja terjadi. Apa yang mereka lihat membuat mereka menggigil.

Mereka melihat percikan demi percikan cahaya suci memercik keluar dari penghalang seolah-olah seseorang telah meninju Tuhan, menyebabkan darah-Nya memerciki.

Belum lagi air terjun besar yang menggantung di udara di atas penghalang membuat mereka merasa seperti mereka menyaksikan akhir dunia.

“Ka-Yang Mulia … Apa yang harus kita lakukan?”

Di dalam penghalang cahaya suci, para imam di sebelah Grant bergetar setelah menyaksikan semuanya terbuka. Mereka tahu betul apa yang diukir di tembok kota Havenwright – Ini adalah semacam formasi cahaya suci perlindungan kota, penghalang yang telah dibangun Gereja dengan mantap selama bertahun-tahun.

Tapi … Tapi … hanya butuh satu pukulan dari penyihir itu …

Para imam merasa hati mereka tenggelam.

Selain itu, lampu suci yang terkonsentrasi di penghalang mulai tumpah ke luar … Itu memang bencana yang lebih mengerikan daripada tsunami!

Dalam keadaan seperti itu, jika ada satu orang yang bisa menjaga ketenangan mereka, itu adalah Grant. Tidak hanya dia membentuk penghalang untuk melindungi para imam di sekitarnya, tetapi, ketika dia menyaksikan kekacauan yang terjadi di hadapannya, dia mengambil napas dalam-dalam dan mengulurkan lengannya.

Tanpa mengucapkan mantra atau gerakan khusus, dia melihat ke arah langit dan dengan ringan menunjuk.

–> Baca Novel di novelku.id <–