When A Mage Revolts - Chapter 630

Bab 630: Ilusi Kain

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Kain bahkan tidak menyadari apa yang sedang terjadi dan tidak siap, sehingga Benjamin melakukan serangan bersih.

“Kamu…”

Pada saat itu, dia menundukkan kepalanya dan menatap pisau yang tertanam dalam di dadanya. Pisau itu sekarang benar-benar terkubur di dada kirinya, dan Benjamin bahkan dengan sengaja memutar pisaunya untuk memaksimalkan kerusakan.

Tiba-tiba, ekspresi Kain berubah. Dia memandang Benjamin dengan mata terbuka lebar, ekspresinya adalah campuran rasa takut, kaget, dan ragu.

“K-kenapa …”

Benjamin tampak sangat tenang. Lalu, dia tiba-tiba menarik pisaunya, melemparkannya ke tanah dan menjawab dengan santai, “Karena kamu tidak nyata.”

Kemudian, dia melihat luka di dadanya. Namun, apa yang dilihatnya mengejutkan – pembuluh darah di sekitar lukanya tampak seperti disegel, dan tidak ada setetes darah pun yang tumpah.

Kain masih shock, tapi tiba-tiba dia tenang.

“… Kamu perhatikan?”

Dia bertanya perlahan dan hati-hati.

Benjamin mengangguk dan berkata, “Awalnya, saya benar-benar berpikir bahwa saya telah melakukan perjalanan waktu, tetapi sikap Anda membuat saya merasa ada sesuatu yang salah. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi ribuan tahun yang lalu, tetapi …. menurut sejarah, kamu dan Abel seharusnya tidak berbalik melawan satu sama lain pada saat ini. ”

Kain mendengar ini dan tetap diam, tidak mengatakan apa-apa. Cidera dadanya mulai perlahan sembuh.

Benjamin mencibir dingin dan terus berbicara.

“Saya menyimpulkan bahwa saya tidak benar-benar melakukan perjalanan melalui ruang dan waktu dan bahwa semua yang saya lihat tadi tidak benar-benar terjadi.” pekerjaan yang sangat baik.”

Kain tampak kesal, “Apa maksudmu?”

“Menurut legenda, Kain dan Habel adalah pahlawan umat manusia. Terlepas dari versi legenda, mereka semua setuju bahwa mereka memimpin orang lain untuk mengalahkan binatang ajaib dan menciptakan surga bagi orang-orang untuk hidup dalam damai. “Benjamin berkata perlahan,” Tapi lihatlah lingkungan di sekitar sini jika Anda bahkan tidak dapat menyatukan umat manusia , lalu apa gunanya bertarung melawan binatang ajaib atau menemukan tempat baru? ”

Kain menjawab dengan tenang, “Ini adalah proses yang panjang, apa yang Anda lihat sekarang hanyalah permulaan.”

“Jika itu benar-benar awal, lalu sebelumnya ketika mengapa kamu mengubah ekspresimu ketika aku menyebutkan Abel sebelumnya?” Benjamin mengangkat bahu dan berkata. “Ilusi yang kamu buat seharusnya terjadi di masa lalu, tapi … kamu sepertinya tidak bisa menciptakan Abel dalam ilusi kamu. Karena itu, Anda tidak punya pilihan selain menghindari membicarakannya dan mencoba mencari alasan untuk tidak menyebut-nyebutnya. ”

Sejak dia menyebutkan Habel, Kain mulai menjadi canggung, dan saat itulah Benyamin mulai ragu-ragu.

Setelah memperhatikan berbagai petunjuk, ia mengangkat beberapa masalah, dan perlahan-lahan mulai menghilangkan keraguannya. Bahkan jika latar belakang era ini akurat, kinerja “protagonis” kurang meyakinkan.

Secara fisik, dia terlihat seperti seseorang dari zaman itu, tetapi mengapa Kain berperilaku seolah-olah dia tahu apa yang akan terjadi?

Pada akhirnya, ini masih dugaan Benjamin.

Namun, dia sangat jelas bahwa tindakannya tidak akan berdampak apa pun, jika tidak, itu hampir pasti akan menyebabkan gangguan pada kontinum ruang-waktu. Dan karena tidak akan ada dampak apa pun, lalu mengapa dia ragu? Terlepas dari apakah itu kenyataan atau ilusi, dia harus menikamnya.

Setelah menikamnya, Benjamin memverifikasi keraguannya.

“Siapa kamu? Apakah Anda Kain? Atau ada jiwa yang hilang di lembah Allah yang ditinggalkan? ”Benjamin berkata sambil menatapnya dengan dingin.

Kain menatap Benjamin, tetapi dia tidak berbicara, dan matanya suram.

Pada titik ini, luka di dadanya telah sepenuhnya pulih, jubah kulit binatang buas yang robek juga telah pulih. Tetapi sekarang Benjamin tahu bahwa ini semua palsu. Bahkan jika dia mengambil belati dan memotongnya berkeping-keping, itu juga tidak ada gunanya.

Meskipun dia sedikit khawatir, dia tidak takut. Fakta bahwa entitas ini telah membawanya ke ilusi ini dan berusaha meyakinkannya bahwa itu asli dengan fasad rumit ini membuktikan bahwa lawannya tidak memiliki kemampuan untuk langsung melukainya.

Kalau tidak, dia pasti sudah lama mati.

“Jadi, kamu tidak mau mengatakan apa-apa? Lalu maafkan kekasaran saya. ”

Benjamin menggelengkan kepalanya, mengambil pisau di tanah dan mulai berjalan menuju Kain lagi.

“Apa yang bisa kamu lakukan?” Kain bertanya dengan dingin, “Kamu telah kehilangan kemampuanmu untuk merapal mantra dan kamu tidak bisa melawan ilusi ini. Anda tidak dapat melakukan apa pun. ”

Benjamin mengangkat bahu dan berkata, “Kita akan lihat.”

Setelah mengatakan ini, dia membungkuk dan mengukir tanda “afinitas” di tanah.

Langkah Benjamin yang tiba-tiba tampaknya telah menangkap Kain lengah dan dia segera mundur beberapa langkah. Belakangan, ketika dia tahu bahwa Benyamin tidak berusaha mengukir padanya, ekspresinya menjadi tidak menyenangkan lagi.

“Aku tidak menyangka kamu akan belajar tentang kekuatan rune.” Kain menundukkan kepalanya dan menatap rune yang diukir oleh Benjamin sebelum berkata, “Tapi, metode yang kamu gunakan terlalu dangkal. Selain itu, apa yang dapat Anda lakukan hanya dengan tanda “afinitas”? Gunakan elemen untuk meledakkan tempat ini? ”

Dia terdengar sarkastik, seakan merenungkan betapa bodohnya rencana ini.

Benjamin selesai mengukir rune, mendongak dan tersenyum, “Aku bisa menghancurkan ilusi kamu.”

Kain mendengar ini dan mengerutkan kening.

Benjamin tidak berencana untuk menjelaskan lebih lanjut; dia membuang pisaunya dan berhenti bicara.

Tidak ada lagi yang bisa dikatakan, rune sudah ditarik, dan akan segera diaktifkan setelah dia mengisinya dengan energi spiritualnya. Tentu saja, dia masih sangat ingin tahu tentang identitas ‘Kain’, tetapi dia mungkin tidak akan mengatakan apa-apa padanya.

Karena itu, dia hanya ingin meninggalkan tempat ini sesegera mungkin.

Seiring waktu berlalu, Benjamin dan Kain tetap diam. Hutan tempat mereka berada sepertinya telah membeku dalam waktu, seolah-olah tombol jeda ditekan – bahkan dedaunan yang jatuh telah berhenti di udara.

Karena Benjamin menyadari bahwa ini adalah ilusi, Kain terlalu malas untuk melanjutkan aksinya.

Namun, tanah yang sunyi itu tiba-tiba terganggu oleh goncangan yang tiba-tiba.

Ekspresi Kain berubah.

“Kamu…”

Benjamin sepertinya tahu apa yang ingin dikatakannya dan mengangguk sambil tersenyum.

“Itu benar.” Dia berkata perlahan, “Rune” afinitas “paling bisa menarik elemen, dan dengan sendirinya tidak akan ada gunanya, tapi … Tapi di lembah yang ditinggalkan Tuhan, rune yang akan ditarik tidak sepenuhnya tidak berbahaya. . ”

Gugusan cahaya unsur yang melayang-layang terdiri dari unsur-unsur dan karena itu, secara alami tertarik oleh rune “afinitas”.

Mereka akan tertarik oleh kekuatan rune dalam ilusi, dan kemudian menghancurkan tempat sialan ini dari luar.

Tanah, hutan lebat dan rimbun, awan lebat … Semuanya tampak berkurang kualitasnya dan menjadi buram. Benjamin tidak tahu apa yang terjadi dalam kenyataan, tetapi ia curiga bahwa kelompok unsur cahaya yang sebelumnya telah dibuang oleh Miles mungkin telah berkumpul bersama.

Sosok Kain juga secara bertahap menjadi buram.

“Siapa kamu?” Tanya Benjamin untuk terakhir kalinya.

Kain mendengar ini, dan wajahnya yang kabur mengungkapkan seringai licik.

“Aku … aku … aku … Kain …”

Suara kasar terdengar di telinga Benjamin, seperti radio yang terhubung ke frekuensi buruk. Sepertinya itu suara, tapi Benjamin tidak bisa mengerti apa yang dikatakannya.

Segera, sosok Kain yang lenyap menghilang dan seluruh dunia di sekitarnya runtuh.

Pada saat itu, apa yang tersisa di depan Benyamin hanyalah cahaya putih, bersinar begitu terang sehingga dia tidak bisa membuka matanya. Ketika cahaya putih menghilang, dia membuka matanya sekali lagi dan menemukan bahwa dia kembali ke dunia nyata.

–> Baca Novel di novelku.id <–