When A Mage Revolts - Chapter 619

Bab 619: Rintik Hujan yang Jatuh ke Gereja

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

“Ada apa?”

Benjamin berbalik dan bertanya dengan rasa ingin tahu.

Elizabeth enggan, namun masih membuka mulutnya, “Anda kembali ke Kerajaan Helius, apakah ada hubungannya dengan menimbulkan masalah bagi Gereja? Bisakah … Bisakah aku ikut denganmu? ”

Benjamin menggelengkan kepalanya tanpa ragu-ragu.

“Kau sudah melewati neraka untuk keluar dari lubang neraka itu, mengapa repot-repot kembali?”

Elizabeth menundukkan kepalanya dan dengan suara rendah, khidmat, “… Aku ingin membalas dendam.”

Benjamin mengungkapkan ketidakberdayaannya.

Dia tidak yakin apa yang telah dia lalui dalam penghancuran Akademi Keheningan, tetapi dugaan “balas dendam” tidak bisa diselesaikan dengan hanya tekad berdarah panas. Orang-orang ini bahkan tidak dapat melarikan diri dari gerbang, apa yang membuat mereka berpikir mereka dapat mencoba memulai balas dendam terhadap Gereja?

“Menggulingkan Gereja adalah cita-cita yang bagus. Kamu bisa berlari melalui Akademi Sihir, tapi sekarang … kamu tidak memiliki kemampuan. ”Dia lugas.

Elizabeth tampak bingung, “Lalu kunjunganmu ke Kerajaan Helius …”

“Tentu saja saya tidak memusnahkan Gereja sekarang! Aku tidak sehebat itu, kau tahu? ”Benjamin memegang dahinya. Menilai dari nadanya, mungkin dia berpikir bahwa dia adalah orang yang dapat menyebabkan Armageddon hanya dengan satu gerakan, dan dia tidak ingin melewatkan apa pun.

Pemikiran yang penuh harapan.

“Lalu … apakah akan ada hari?”

“Tentu saja akan ada.” Benjamin mengangguk dan mendorongnya, “Selama ada setengah populasi penyihir yang membawa pemikiran yang sama di bawah matahari yang bersedia mengajukan pekerjaan, hari itu tidak akan terlalu jauh. ”

Bukan hanya Elizabeth, para penyihir lain yang mendengar ini menatap kosong pada Benjamin seolah-olah dia mengatakan sesuatu yang aneh.

Benjamin mengerutkan kening melihat pemandangan itu.

“Apa yang salah?”

Elizabeth melirik Benjamin lagi sebelum menggelengkan kepalanya, “Tidak ada. Hanya saja … Meskipun ini terdengar seperti khotbah kosong oleh para imam untuk membasmi umat paroki yang naif, menatap mata Anda, saya merasa … Anda tulus. ”

“… Tentu saja, aku tulus.”

“Lalu … Jika ada kesempatan, bisakah kamu mencari orang tuaku untukku? Mereka seharusnya meninggalkan ibukota dan berhenti di sebuah desa di selatan istana, “Elizabeth berbicara perlahan,” Kamu tidak perlu muncul di hadapan mereka untuk berbicara dengan mereka. Saya hanya perlu tahu bagaimana keadaan mereka sekarang. ”

Benjamin mengangkat bahu. “Yakin. Tetapi saya tidak yakin apakah saya memiliki waktu luang itu, jadi Anda seharusnya tidak memiliki harapan sebanyak itu. ”

“Tidak masalah. Kami cukup berterima kasih karena Anda mengeluarkan kami dari sana. ”

Benjamin tersenyum dan mengangkat bahu dengan santai, menunjukkan itu bukan masalah besar.

Dengan itu, para penyihir berbalik dan mulai menuju ke timur. Benjamin terbang sekali lagi ke langit dan menghabiskan beberapa jam berikutnya kembali ke Kerajaan Helius.

Kali ini, dia tidak menuju ke arah Kota Crewe.

Pemberantasan para imam di gunung terdekat akan menjadi masalah besar bagi Gereja. Kota Crewe akan kacau balau, dan Gereja akan mengirim banyak pendeta seperti itu untuk menyelidikinya.

Di satu sisi, ini bisa dianggap memenuhi janji antara dia dan keluarga Fulner, kan?

Mengarahkan perhatian Gereja memungkinkan para bangsawan beberapa kelonggaran berfungsi dan menjalani kehidupan mereka. Tentu saja, Benyamin jelas bahwa kematian hanya sepuluh sampai dua puluh imam tidak akan menyebabkan Gereja menyelidiki.

Dia perlu membuat judul yang lebih besar untuk melakukannya.

Ketika dia bergerak lebih dekat ke pusat Kerajaan Helius, Benjamin perlahan-lahan mulai menyusun rencana.

Keesokan paginya dia mencapai kota baru. Kota ini tidak berkembang. Pagi itu cukup sepi dan hanya para petani yang sibuk meninggalkan rumah mereka dan memulai pekerjaan mereka di pertanian.

Namun… Benjamin melihat sebuah gereja di tengah kota.

Ini adalah Kerajaan Helius. Tidak peduli seberapa kecil sebuah kota atau seberapa jauh sebuah desa, sebuah gereja jelas akan ada di sana. Gereja menggunakan metode meresap ini untuk meresap pengaruh ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Beginilah cara mereka membenamkan akar mereka jauh ke dalam bangsa ini.

Benjamin tidak bisa menghancurkan ini dalam waktu singkat, tetapi dia bisa mengalihkan perhatian dari sudut ini. Dia bisa menyerang gereja-gereja ini, menggoncangkan garis hidup Gereja.

“Gereja .. menurutku mereka mengadakan kelas pagi, ya?”

Benjamin bergumam pada dirinya sendiri ketika dia turun dan berjalan ke kota yang tidak disebutkan namanya.

Dia dengan cepat mencapai luar gereja.

“Tuhan, aku memuji Engkau, sebagaimana engkau begitu mencintai dan memberi, sehingga kita akan menikmati karunia yang bermanfaat. Tuhan, aku memuji Engkau karena Engkau mengampuni dan murah hati, bahwa kami akan dibersihkan dari dosa-dosa kami. Ya Tuhan, aku memuji Engkau … ”

Suara-suara pujian berseragam jelas bergema di telinga Benjamin melalui dinding. Benjamin menggelengkan kepalanya tak berdaya.

Takhayul feodal yang dikombinasikan dengan pencucian otak Gereja dalam dunia survival of the fittest ini adalah kombinasi sempurna!

Bahkan tanpa perdagangan dengan keluarga Fulner, dia tidak bisa membantu tetapi merasakan keinginan untuk menyebabkan kekacauan pada orang-orang ini.

“Ayah, belum berhujan selama berhari-hari di sini. Bisakah Anda berdoa kepada Tuhan untuk melimpahkan hujan kepada kita untuk mengurangi kekeringan? ”

Setelah salat, gereja terdiam sesaat. Salah satu penduduk desa menyatukan tangannya dan meminta dengan setia.

Pastor itu tersenyum ramah.

“Tuhan punya jalannya sendiri,” suaranya seperti awan mengambang, mengalir ke telinga jemaat sekarang, “Selama kamu saleh. Bersabarlah dalam doa Anda dan Tuhan akan memuaskan keinginan Anda. ”

Penduduk desa mengangguk dengan gembira seolah-olah mereka diberikan berkah suci.

Imam itu melanjutkan, “Sekarang, marilah kita mengabdikan doa-doa kita kepada Tuhan untuk hujan yang akan datang. Ingat, Anda harus membuang semua pikiran yang mengganggu. Bahkan sedikit saja ketidaktulusan dapat membuat marah Tuhan, dan mengundang bencana ke kota. ”

Orang-orang segera mengangguk dan menutup mata mereka, fokus pada doa-doa mereka.

Berdoa, dan berdoa …

Eh?

Penduduk desa yang meminta hujan tiba-tiba mendengar ketipak derai, seolah-olah hujan telah menghantam atap gereja.

Ra-raining?

Seketika, mata penduduk desa memerah, dan dia bangkit dengan emosi.

Oh kebaikan…. Apakah Tuhan benar-benar menjawab doa mereka? Ini … Ini adalah keajaiban!

Pada saat itu, para penduduk desa tergerak hingga tidak bisa berkata-kata sehingga dia lupa tentang doa yang dia nyanyikan di dalam hatinya. Setelah terpesona sesaat, dia menggenggam tangannya lebih erat dan terus berdoa.

Bukan hanya dia saja. Semua umat di gereja membawa sentimen yang sama. Mereka mendengar suara hujan dan mengira doa-doa mereka menggerakkan para Dewa, dan karenanya dengan lebih emosional mereka berdoa.

Mereka terlalu saleh sehingga dalam keadaan seperti itu, tidak ada yang benar-benar membuka mata mereka untuk melihat keluar jendela.

Hanya ketika teriakan mengerikan datang dari gereja yang tampak kusam, mereka membuka mata mereka dengan terkejut, melihat sumber suara itu.

“Fa-Ayah … Bagaimana ini bisa terjadi …”

Terlihat bahwa hujan di luar jendela mengguyur tanpa henti. Arus air menggeliat, membocorkan kusen jendela dan membuka pintu, mengumpulkan podium. Pendeta yang berdiri di podium memiliki lubang berlubang di dadanya. Aliran air telah menembusnya seperti ular merayap, beracun.

Semua orang tercengang.

Sebelum ada yang bisa bereaksi, pastor itu kehilangan kesadarannya dan jatuh tak berdaya di tanah. Darah segar dan air hujan menyatu bersama, dan hujan di luar jendela berhenti mengalir pada saat ini.

–> Baca Novel di novelku.id <–