When A Mage Revolts - Chapter 465

Bab 465: Penipuan di Malam Hari

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Ketika mereka melihat lubang, ekspresi ketiga uskup menjadi begitu buruk, seolah-olah mereka baru saja menginjak kotoran anjing.

Bajingan ini … bajingan ini telah mengambil kesempatan saat mereka mengucapkan mantra untuk bersembunyi di kabut es dan melarikan diri dengan mengebor sebuah lubang di tanah? Lalu apa yang mereka nyanyikan dengan sangat hebat di sini?

“Ini tidak mungkin, kita tidak bisa membiarkannya bebas seperti ini!” Setelah ditipu, uskup berambut merah itu marah di bagian atas kepalanya, tetapi dia tidak lupa untuk menganalisis informasi Benjamin. “Dia bukan ahli sihir bumi, tidak mungkin baginya untuk melarikan diri terlalu cepat. Mengikuti lubang ini, kita pasti bisa menemukan arah di mana bajingan ini lolos. ”

Mendengar ini, dua orang lainnya tersentak dari kemarahan mereka dan mengangguk.

Mereka tidak harus membiarkannya bebas!

Maka, ketiga uskup mulai menggunakan seni ilahi dan bergemuruh ke tanah, siap meledakkan terowongan yang digunakan Benjamin untuk melarikan diri. Namun demikian, tepat ketika mereka mulai melantunkan, tiba-tiba, sebuah ledakan muncul dari belakang mereka.

Mereka bertiga tertegun.

Mereka hanya bisa melihat tanah di belakang uskup tua bergemuruh, dan tiba-tiba terbelah. Setelah itu, sosok yang sangat akrab melompat keluar dari lubang!

“Mati!”

Suara itu mengenai telinga para uskup; mereka bertiga menunjukkan ekspresi tidak percaya.

Itu Benjamin.

Bajingan ini … bajingan ini secara tak terduga tidak menggunakan terowongan untuk melarikan diri, tetapi telah bersembunyi di bawah tanah, dan, sementara mereka tidak siap, bergegas keluar untuk menyerang mereka dengan kejutan!

Dalam kepanikan, ketiga uskup itu tidak punya waktu sama sekali untuk mengucapkan mantra, dan hanya bisa mengeluarkan sebanyak mungkin salib dari saku mereka, dengan marah melemparkannya ke arah uskup tua dan Benyamin, seolah-olah mereka punya uang, mereka tidak punya uang. ingin.

Meskipun demikian, Benjamin telah meminum ramuan alacrity dan sangat cepat. Juga, di tangannya bukanlah bilah es yang dibuat oleh sihir, tetapi adalah belati biasa yang sangat tajam tanpa fluktuasi magis sama sekali.

—Seperti senjata jarak dekat tidak akan mengaktifkan perlindungan otomatis salib.

Para uskup tidak pernah membayangkan bahwa, di bawah situasi di mana dia dicegat dan dikepung, sudah cukup bahwa dia tidak memiliki pikiran tunggal yang lolos, tetapi dia bahkan memiliki nyali untuk berbalik dan memperhitungkannya!

Karena itu, mereka semua agak lengah.

Dalam sekejap, salib dilemparkan ke mana-mana, tetapi tidak satupun yang diaktifkan secara otomatis. Uskup tua dan Benyamin sangat dekat. Dia bisa merasakan niat membunuh di matanya, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil.

Belati berkilauan itu hanya selebar telapak tangan dari hatinya.

Fuh!

Tangan kanan uskup tua itu sedikit bergetar; Karena gelisah, dia menghancurkan beberapa salib di sakunya.

Sejenak, ada gangguan sihir; sebuah perisai cahaya suci telah mengembun di sebelahnya, melindunginya dengan kuat, dan juga memblokir belati di luar perisai.

Saat itu juga, ketiga uskup menghela nafas lega.

“Kamu ingin membunuhku? Kamu…”

Terdengar suara teredam.

Cemoohan uskup tua setelah melarikan diri sempit dari kematian dipotong pendek. Terkejut, mereka melihat lagi ke arah lain.

Mereka hanya melihat sosok berjubah lain muncul di belakang uskup berambut merah. Waktu seolah membeku. Pada saat itu, di bawah sinar bulan yang redup, lelaki berjubah mengangkat dagunya, memperlihatkan wajah muda.

Itu Benjamin.

Dia melengkungkan bibirnya menjadi seringai dingin.

Melalui dada uskup berambut merah, tepat di tempat jantung itu berada, ujung belati telah menembus dari belakang; itu diwarnai merah dengan darah.

Dua uskup lainnya tercengang. Dalam keterkejutan, mereka menoleh, melihat kembali “benjamin” di belakang uskup tua itu, tetapi mereka hanya bisa melihat hantu menghilang di depan mata mereka seperti gelembung.

Itu … Sebuah ilusi?

Pada saat itu, mereka tiba-tiba ingat bahwa Benjamin dapat, memang, membuat salinan ilusi dirinya sendiri. Mereka waspada selama pengejaran, memperingatkan diri mereka sendiri agar tidak disesatkan oleh ilusi.

Tetapi saat itu, ketika hal yang tak terduga terjadi satu demi satu, mereka telah melupakan hal ini.

“Kamu sepertinya suka meneliti tentang aku, bukan? Sayang sekali … namun, karena kamu sangat suka menganalisis kekuatanku, kamu bisa kembali ke surga dan melakukan analisismu perlahan-lahan. ”

Dihadapkan dengan tiga pria yang terpana, Benjamin hanya menempel di sisi uskup berambut merah, berbisik pelan di telinganya.

Setelah itu, dengan tarikan ringan, dia menarik belati keluar dari belakang uskup berambut merah.

Darah segar menyembur keluar seperti balon air yang meledak.

Dengan bisikan yang menyakitkan, tubuh uskup berambut merah itu bergetar, dan kemudian, jatuh langsung ke tanah — dengan bunyi gedebuk, debu dan tanah melayang, dia tidak akan pernah bisa bergerak lagi. Tanah tandus memiliki tubuh kaku lain ditambahkan ke dalamnya.

Dia sudah mati.

Dua uskup lainnya memandangi Benyamin, mata mereka yang lebar menunjukkan ketidakpercayaan mereka.

Beberapa saat yang lalu, mereka masih mengejar satu sama lain, dan Benjamin bahkan tidak berani membiarkan mereka dalam jarak seratus meter. Tetapi sekarang, Benjamin berdiri di samping mereka, bahkan tidak beberapa meter jauhnya, memegang belati di tangannya, darah segar di wajahnya.

Benjamin menghapus darah di wajahnya.

“Baunya sangat busuk.” Dia menggunakan lengan bajunya untuk membersihkan diri, menunjukkan ekspresi jijik, berkata, “Vegetarian sepanjang hari, kamu tidak minum, kamu tidak menuruti; Anda telah menahan darah Anda sendiri ke dalam bau busuk ini. ”

“Kamu …” Wajah Bishop Cameron memerah pada saat itu.

“Cukup.”

Uskup tua itu segera menariknya kembali, memalingkan kepala, dan mengulurkan tangannya, mengincar Benjamin; dia berkata dengan dingin, “Kamu orang jahat yang jahat, kamu telah melakukan cukup banyak dosa. Menerima kamu sekarang penghakiman cahaya suci! ”

Setelah itu, piringan bundar raksasa cahaya suci perlahan-lahan berputar di langit, dan sekali lagi diarahkan ke Benjamin.

Benjamin mengerutkan alisnya.

Dia sudah membunuh satu, mengapa pesona ilahi tidak lenyap dengan sendirinya?

Dia segera mulai mundur.

Lelucon macam apa ini? Baru saja, ketika berkas cahaya telah jatuh, bahkan dia yang bersembunyi di bawah tanah bisa merasakan kekuatan destruktif dari gangguan itu – ini adalah pesona ilahi yang belum pernah terdengar; ancaman itu bukan pancaran cahaya, tetapi pada osilasi mistis yang memancar dari pancaran cahaya. Osilasi itu dapat, dalam sekejap, menghancurkan semua struktur magis; dengan satu sapuan, kabut es segera runtuh.

Pada saat itu, dia telah dipaksa untuk mengaktifkan intangibilitas sesaat untuk bertahan dari osilasi itu.

“Orang tercela, saya ingin Anda dimakamkan dengan Uskup Toure!”

Uskup Cameron juga sadar kembali dari amarahnya, dan, bersama uskup tua itu, menatap Benjamin dengan dingin. Mereka mengangkat tangan pada saat yang sama, dan mulai mengendalikan piringan bulat cahaya suci di langit.

Disk bundar, di bawah kendali mereka, sekali lagi terbelah di tengah.

“Bersenang-senanglah, kawan. Aku tidak akan menemanimu lagi. ”

Benjamin merasakan ancaman yang kuat, dan juga melihat pasukan besar imam di langit, bergegas perlahan untuk mundur. Karena itu, dia memaksakan senyum, berbalik dan berlari.

Dengan uap air dan ramuan ajaib bekerja sama sekali lagi, dia seperti bayangan, menerangi malam seperti kilat.

Pada saat yang sama, berkas cahaya juga ditembakkan dari cakram bundar di langit.

Ada campuran kemarahan dan kebencian di wajah kedua uskup.

“Kali ini, kamu harus mati!”

Dalam sekejap, seberkas cahaya menghantam tanah kosong di belakang Benjamin, dan memunculkan osilasi mematikan lainnya. Kecepatan osilasi begitu cepat sehingga sangat cepat menyusul Benjamin dan melewatinya.

Pada saat itu, para uskup dapat dengan jelas melihat kecepatan Benjamin menurun.

Melihat ini, kedua uskup itu bahkan berpikir bahwa mereka telah berhasil. Osilasi yang dapat menghancurkan semua kehidupan telah menyapu, pesona ilahi mereka telah sepenuhnya membersihkan iblis jahat yang mampu melakukan semua dosa.

Meskipun demikian, pada detik berikutnya, Benjamin mendapatkan kembali kecepatannya, dan dengan deru, menghilang ke padang belantara di depan mereka.

–> Baca Novel di novelku.id <–