When A Mage Revolts - Chapter 273

Bab 273: Otopsi pada Sapi Zombie

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Sejujurnya, bahkan Benjamin harus mengakui bahwa membekukan lawannya semacam kebetulan.

Dengan kemampuan zombie banteng untuk hidup kembali dan mengubah serangannya terhadapnya; dia tahu bahwa pertempurannya bukan dengan lembu jantan di depannya, tetapi seluruh kehancuran.

Kecuali dia menghancurkan seluruh reruntuhan, tidak ada gunanya.

Untungnya, tepat saat ledakan terjadi, dia bisa merasakan kekuatan kuat yang mengubah lingkungannya menjadi hijau. Pada saat itu, dia memiliki pencerahan dan gagasan itu muncul begitu saja di kepalanya.

Zombi zombi membutuhkan lampu hijau untuk menyalakannya, dan lampu hijau membutuhkan zombi zombi sebagai semacam inang untuk menggunakan kekuatannya yang tak terbatas. Jadi, jika dia memutuskan hubungan di antara mereka, bukankah itu akan menyelesaikan segalanya?

Tentu saja dia tahu bahwa memutuskan hubungan antara banteng zombie dan lampu hijau tidak akan mudah.

Di antara reruntuhan, lampu hijau seperti udara, ada di mana-mana. Keduanya juga sangat terkait. Setiap serangan pada salah satu dari mereka seperti efek riak. Dan ledakan yang disebabkan oleh tumpukan es juga memberi Benjamin peluang besar.

Setelah ledakan, area di sekitarnya menjadi seperti kekosongan, menunjukkan bahwa pengaruh lampu hijau telah terputus untuk sementara waktu. Dan untuk zombie banteng untuk menyerang Benjamin, itu harus menyeberang ke kekosongan.

Dan Benjamin melihat kesempatannya.

Dalam beberapa detik singkat itu, dampak dari ledakan membuatnya merasa seolah-olah dia hancur berantakan. Rasa sakit yang tajam menyebar dari punggung dan dadanya dan dia bisa mencium bau darah. Sebelum dia bisa mengerti tentang dirinya, rasanya seperti kepalanya sudah bersih dan satu-satunya hal yang terjadi di kepalanya adalah suara kuku banteng zombie.

Dua puluh meter … sepuluh meter … lima meter …

Kekosongan yang diciptakan oleh ledakan itu tidak berlangsung lama, dan Benjamin dengan cepat mengambil kesempatan satu-satunya. Jika dia gagal dan banteng mendekati dia, konsekuensinya tidak terbayangkan.

Meskipun pikiran-pikiran itu mengalir di kepalanya, emosinya tetap tenang.

Dia mengangkat tangan kanannya dan melantunkan mantra, dan menyaksikan ketika es membeku. Itu tidak bisa dipercaya. Pengaruh elemen airnya sangat spesifik. Dia tidak yakin apakah itu akan bekerja pada lampu hijau, tapi dia berharap, menolak untuk menghibur pikiran itu.

Ketika dia mengangkat tangannya, dia tidak tahu mengapa tetapi dia tahu. Itu akan berhasil.

Dan kenyataan mengkonfirmasi firasatnya.

Begitu dia memisahkan zombie zombi dari luar dengan es, bahkan jika kekosongan itu menghilang, kekuatan aneh akan terkunci dan tidak memiliki cara untuk memaksa masuk.

Es yang disulap Benjamin tipis, tetapi terkompresi dari lapisan es yang lebih besar. Kekuatan itu akan mengejutkan orang lain. Dengan kekuatannya sendiri, zombie zombie tidak akan bisa melarikan diri. Tidak butuh waktu lama bagi lampu hijau untuk meninggalkan matanya, seperti mobil mainan yang mati.

Benjamin menarik napas.

Ketika dia berpikir kembali tentang apa yang baru saja dia lakukan, dia tidak percaya bahwa dia punya nyali untuk melakukannya. Jika gagal, dia akan diinjak-injak oleh kuku.

Saat itu, rasa sakit merambat ke berbagai bagian tubuhnya, dan dia hampir kehilangan ekspresi semilir. Biasanya dia tetap tenang seperti Magneto.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, itu tidak bergerak lagi. Anda bisa melihatnya, ini adalah banteng yang terpesona. ”

Setelah menyapa tiga penyihir yang masih melayang di udara, dia buru-buru menyulap bola penyembuhan. Dia meletakkannya di tubuhnya satu demi satu, perlahan-lahan menyembuhkan dirinya sendiri dari luka dalam yang dideritanya.

Tiga penyihir saling memandang, tetapi terlalu takut untuk mendekat. Mungkin itu karena tidak ada yang terjadi, mereka akhirnya mengumpulkan keberanian mereka dan perlahan-lahan kembali ke tanah setelah beberapa lama. Dan mereka perlahan mendekati banteng zombie yang berlindung di es, wajah mereka dipenuhi dengan kekaguman.

Pada akhirnya, mereka mengepung lembu jantan itu dengan takjub.

“Tuan Benjamin, sihir apa yang Anda gunakan? Mengapa tidak bisa melarikan diri? “Tony bertanya dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya.

Jelas, mereka mencoba menggunakan sihir untuk mengendalikan zombie zombie, tetapi hasilnya pasti sangat menghancurkan. Atau mereka tidak akan memilih melarikan diri.

“Bukan apa-apa, hanya tipuan kecil yang ingin aku coba.” Luka Benjamin hampir sembuh. Dia berdiri dan berkata, “itu benar, saya ingin bertanya, dari mana makhluk aneh ini berasal?”

Makhluk yang bisa menahan kekuatan reruntuhan ini tidak akan muncul begitu saja.

Benjamin curiga bahwa mereka bertiga pasti menemukan sesuatu, atau secara tidak sengaja masuk ke tempat khusus, dan mengganggu makhluk itu.

“Ah, tentang itu,” kata Tony dengan ekspresi bersalah di wajahnya, “terlalu berbahaya di sini, siapa yang tahu makhluk apa yang akan tiba-tiba muncul, kita harus membicarakan ini nanti.”

Jelas bahwa ada rahasia yang tidak ingin mereka bagikan.

Benjamin mendengus ketika dia mendengar ini dan berkata dengan suara netral, “Baiklah, kalau kamu bisa pergi, kamu bisa.”

Mereka bertiga mengerutkan kening ketika Tony bertanya, “apa maksudmu?”

Benjamin mengangkat bahu ketika dia menjawab, “tidak ada, jika kamu ingin pergi kamu bisa pergi, aku ingin tinggal di sini sebentar, jadi aku tidak akan pergi dengan kamu.”

Mereka bertiga menatap Benjamin dengan ekspresi kaget.

Setelah diam beberapa saat, Tony dan teman-temannya bertukar pandang sebelum dia berkata, “itu … jika itu yang kamu inginkan, maka kita akan pergi dulu. Anda harus berhati-hati, dan pergi sesegera mungkin. ”

Setelah dia mengatakan ini, mereka bertiga mengangguk kepada Benyamin, dan pergi dengan tidak sabar menuju pintu masuk gua tanpa peduli tentang reaksi Benyamin. Mereka tampak seperti bibi yang bergegas naik bus.

Benjamin hanya memandangi mereka dengan dingin ketika dia menggelengkan kepalanya.

“Idiot.” Sistem itu berkata dengan penuh semangat ketika tiba-tiba muncul, suaranya menetes dengan sarkasme.

Benjamin tidak peduli tentang mereka, dan berbalik ke arah zombie zombie yang dibungkus es.

Dia bisa merasakan bahwa lampu hijau masih berusaha menerobos lapisan es untuk memulihkan hubungan di antara mereka. Dia tidak tahu mengapa, tapi rasanya seolah lampu hijau takut kontrol Benjamin atas air. Itu tidak dengan kejam menyerang lapisan es, itu lebih dari menggerogoti dengan lambat.

Agar lapisan es tetap di tempatnya, jumlah yang akan digunakan Benjamin akan lebih kecil dari bola anti-sihir. Tetapi dengan perkiraannya, dia hanya akan bisa bertahan selama tiga jam.

Dengan kata lain, dalam tiga jam, lampu hijau akan mampu menembus lapisan es dan banteng zombie akan bisa melarikan diri. Ia akan mendapatkan kekuatannya untuk tidak dihancurkan, dan menyerang Benjamin lagi.

Benjamin tidak bisa sepenuhnya santai.

Dia harus menemukan cara untuk meninggalkan tempat ini, waktu adalah esensi.

Setelah memikirkannya, Benjamin memutuskan untuk menggunakan zombie zombie. Meskipun itu tampak seolah-olah makhluk itu hanya setumpuk daging dan tulang yang membusuk, tetapi ia mampu menjadi tuan rumah kekuatan reruntuhan. Untuk dapat melakukan hal-hal yang tak terbayangkan yang diinginkan lampu hijau, ia harus memiliki sesuatu yang istimewa.

Atau patung-patung di jalan akan dikendalikan oleh lampu hijau dan menyerang Benjamin.

Lebih penting lagi, Benjamin merasa bahwa dia bisa belajar cara untuk melarikan diri darinya.

Dia meletakkan tangannya di lapisan es dan melepaskan energi spiritualnya, dan mengambil kendali atas zombie zombie yang tertahan di es. Di bawah komandonya, pisau tajam muncul melintasi lapisan es, menembus lapisan zombie bull dan mulai melakukan otopsi.

Benjamin tahu bahwa otopsi bukanlah pakaian kuatnya, tetapi ia tidak punya pilihan lain.

Pisau bergerak melintasi zombie zombie dan tidak butuh waktu lama sebelum dipotong menjadi beberapa bagian. Benjamin menahan rasa jijiknya saat dia mencondongkan tubuh ke depan untuk memeriksa potongan-potongan itu.

Sayangnya, dia tidak dapat menemukan kesalahan dengan itu.

Sapi jantan itu tidak memiliki organ dalam, selain dari daging yang membusuk di sekitar tulang rusuk raksasa. Itu kosong di dalam, dan Benyamin tidak dapat menemukan permata yang terpesona atau apa pun.

Lalu bagaimana itu bisa menjadi tuan rumah lampu hijau?

Benjamin tidak bisa memikirkan hal lain, dia hanya bisa menyulap pisau kecil lain di bawah lapisan es dan terus memotong zombie zombi untuk melihat apakah dia dapat menemukan hal lain.

“Saya pikir Anda harus melihat matanya.” Sistem tiba-tiba berkata.

Benjamin terkejut.

Sistem akhirnya masuk akal; ini adalah sesuatu yang sangat langka!

Meskipun diejek, kata-kata Sistem masih memberinya motivasi. Setiap kali banteng memulai serangannya, matanya akan menyala dengan lampu hijau. Dan begitu kekuatannya habis, lampu hijau menghilang, seperti lampu di dada Ultraman.

Benjamin mengambil kendali pisau dan memotong bola matanya, dan menjalankan beberapa tes pada mereka.

Dia menggunakan jarum, pisau, gelembung air, uap. Tapi bola mata zombie zombie itu seperti baja. Tidak peduli apa yang dia lakukan, tidak ada perubahan, seolah-olah itu adalah perhiasan kuno.

Pada saat itu, jantung Benjamin berdebar.

Kunci pertanyaannya ada pada makhluk ini!

–> Baca Novel di novelku.id <–