When A Mage Revolts - Chapter 222

Bab 222: Kekebalan terhadap Sihir

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Ketika pedang besar es menyentuh pemuda itu, sesuatu yang luar biasa terjadi.

Untuk beberapa alasan, pedang es yang tajam tidak menyakitinya. Pria muda itu hanya mengenakan pakaian biasa, tidak ada pesona, tidak ada pertahanan – namun pedang es anehnya memantul, bahkan tidak ada lubang di pakaiannya.

Benjamin mengerutkan alisnya. Ada sesuatu yang aneh terjadi di sini …

“Kau sudah melihatnya sendiri, aku berbeda dari orang kebanyakan,” pemuda itu menepuk tempat yang rupanya ditusuknya dan dengan tenang menjawab, “Kau tidak bisa membunuhku, jadi mengapa membuang-buang energimu?”

Tapi Benjamin tidak menjawab. Pada saat itu, seolah-olah dia telah menemukan sesuatu yang baru – rasa penasarannya memuncak. Dia jelas tentang fakta bahwa sihir adalah satu-satunya kekuatan gaib di dunia ini; tidak ada keberadaan Dou Qi (kekuatan dalam seri novel web Cina ‘Battle Through the Heavens’) atau kekuatan spiritual atau omong kosong semacam itu. Untuk dapat mengibaskan peluru tanpa usaha-ada sesuatu yang salah tentang orang ini.

Berpikir sepanjang garis ini, dia tiba-tiba meledakkan pedang es yang besar, sekali lagi melepaskan pecahan es yang besar sebagai serangan.

Karena pemuda itu menghadap ke ujung pedang, kerusakan yang diterimanya seharusnya berakibat fatal. Tetapi setelah pecahan es tersebar di mana-mana, Benjamin melihat lagi hanya untuk menemukan bahwa tidak ada goresan di tubuhnya.

“Kenapa?” Benjamin tidak bisa berhenti bertanya. “Kamu ingin tahu?” Pria muda itu menggeliat malas dan menjawab, “Lepaskan kutukan pada Sidney dulu”

“Kamu mau.” Benjamin menolaknya tanpa ragu.

Namun, fenomena aneh ini menggelitik minatnya. Karena lawannya memiliki sikap “Pukul aku apa pun yang kau mau, jika aku mati itu karena aku”, Benjamin tentu saja tidak memiliki keraguan.

Dia tiba-tiba melantunkan mantra untuk Pillar of Steam spell dan menggunakan uap untuk membungkusnya, mencoba mengangkatnya. Tapi, tetap saja, hasilnya sama. Pria muda itu tidak bergerak sedikit pun, hanya rambutnya yang mengembang lembut. Tidak ada efek apa pun.

Namun, Benjamin tidak terlihat sedikit kecewa.

Selama proses mengendalikan uap, ia telah mengamati segalanya dengan sangat rinci. Setelah mengamati, ia menemukan bahwa tampaknya ada energi aneh yang berputar di sekitar pemuda itu. Energi ini dapat mengusir semua partikel sehingga, sihir tidak dapat menyentuhnya, menghasilkan ilusi bahwa ia tidak dapat “dirugikan oleh air atau api”.

Karena pemikiran itu, Benjamin sekali lagi mengarahkan uap dan dengan paksa mencoba mendekati pemuda itu. Tetapi, ketika uap itu beberapa inci darinya, tiba-tiba seolah-olah uap itu kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Ia terbelah menjadi partikel-partikel air dan meninggalkan pemuda itu, seperti sedang melarikan diri dari malapetaka.

… Apakah ini sebabnya dia tidak takut sihir?

Benjamin tenggelam dalam pikirannya.

“Apakah kamu mendapatkan kekuatan ini sebagai akibat dari mengkonsumsi ramuan ajaib?” Benjamin tidak bisa tidak bertanya.

Pria muda itu menyilangkan tangan dan menatapnya, tidak menunjukkan tanda-tanda ingin merespons.

Baik…

Benjamin berpikir sejenak dan kemudian mengeluarkan pistol. Secepat mungkin, dia mulai menembak. Mengincar titik lemah di antara kedua kaki pemuda itu, dia menarik pelatuknya.

Bang!

Peluru menabrak dinding, membuat lekuk.

Benjamin terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Yang dia lihat adalah bahwa pemuda itu telah melompat ke samping dan sekarang jelas-jelas panik – saat dia menarik pelatuknya, pemuda itu menghindari tembakan dengan kecepatan yang luar biasa.

“Keparat …” Pria muda itu memelototi Benjamin dan dengan lemah menggelengkan kepalanya, “Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa aku tidak bisa membunuhmu?”

Benjamin mengangkat bahu dan baru saja akan mengucapkan kata-kata provokatif. Namun, dia tiba-tiba ingat hasil pengamatannya sebelumnya. Apakah itu air, es atau uap … tidak ada sihir yang bisa mempertahankan bentuknya di sebelah pemuda itu. Ini juga berarti bahwa dinding kabut es yang mengelilinginya tidak bisa menghentikan lawannya.

Jika pemuda itu ingin mendekatinya dengan paksa, dia secara teknis bisa menembus kabut es seperti yang dia lakukan pada aliran air yang diciptakan Benjamin sebelumnya, dan dengan cepat bisa menutup jarak antara mereka berdua.

Dan dengan kecepatan lawan …

Memikirkan hal ini, Benjamin tidak bisa menyembunyikan sedikit perubahan ekspresinya. Dia dengan canggung tersenyum pada pemuda itu. Ketika pemuda itu tampak bingung, dia berbalik dan berlari.

Anda pasti bercanda … bajingan ini kebal terhadap sihir, dan sangat pandai menghindari itu gila. Karena Benjamin sendirian, dia lebih baik bersembunyi sejauh mungkin.

Tapi, pemuda itu tidak berniat membiarkannya pergi.

“Permisi, kau ingin melarikan diri seperti itu setelah membunuh seseorang?” Dalam sekejap mata, pemuda itu berlari melewati Benjamin dan sekarang menghalangi jalan keluar ke lorong, menghalangi jalan keluar Benjamin.

“Begitu? Kau berencana untuk membalasnya? ”Benjamin mengerutkan kening, mengencangkan cengkeramannya pada pistol di tangannya.

“Kenapa aku harus membalasnya?”

“…”

Benjamin terdiam beberapa saat. Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum perlahan berkata, “Lalu, apa yang kamu inginkan?”

Pria muda itu menunjuk ke ruangan, “Lepaskan Sidney dari kutukannya.”

“Kenapa aku harus melepaskannya dari kutukan?” Benjamin berkata dengan nada menantang, “Aku tidak tahu tujuanmu, tapi aku yakin kamu tidak bisa membunuhku, benar?”

Pria muda itu merenung sebentar, “Aku bisa mengembalikan temanmu padamu.”

Benjamin tertawa keras dan menjawab, “Agustinus bahkan tidak ada di tanganmu, bagaimana kamu akan mengembalikannya kepadaku?”

“Aku tidak tahu lokasinya sekarang, tapi aku telah meninggalkannya dan dua cowok lain dari Persekutuan Penyihir di hotel di Kota Hank,” jawab pemuda itu. “Ada kemungkinan besar bahwa dia dibawa pergi oleh orang-orang dari Persekutuan Mage. Apakah Anda benar-benar ingin mencarinya di Mage Guild? Saya mendengar bahwa mereka telah mencari Anda untuk sementara waktu. Kamu harus hati-hati. ”

“…”

Benjamin benar-benar tidak bisa membalas.

Jika Augustine benar-benar dibawa pergi oleh Persekutuan Penyihir, maka dia benar-benar tidak akan tahu harus berbuat apa. Dia tidak bisa hanya berjalan ke ambang pintu mereka dan memintanya, atau dia mungkin juga seekor domba yang berjalan untuk disembelih. Sang Ratu pasti akan menantikan adegan yang sedang diputar.

Tapi….

“Baiklah, kamu bawa dia dan aku akan melepaskannya dari kutukan.” Setelah beberapa pemikiran, Benjamin tiba-tiba memutuskan, “Kami akan menyelesaikannya dengan cara ini. Apakah ada hal lain? Jika tidak ada yang lain, aku akan permisi sekarang. ”

Dia masih berencana meninggalkan tempat ini terlebih dahulu dan menenangkan diri sebelum membuat keputusan.

Apakah Augustine benar-benar ada di tangan Persekutuan Penyihir masih belum ditentukan. Intinya adalah bahwa dia tidak ingin tinggal di tempat dengan beberapa pria yang tidak bisa dia kalahkan – bagaimana jika bajingan ini tiba-tiba berubah pikiran?

Meskipun dia memiliki kutukan Sidney sebagai sandera, tetapi dia masih merasa bahwa dia harus menjauh sejauh yang dia bisa.

Dia sudah cukup berpengalaman dalam apa yang disebut “panti pijat” ini.

Akhirnya, pemuda itu mengangguk dan minggir, membuka jalan untuknya.

“Oke, selama kamu tidak tahu.”

“Apakah aku seseorang yang akan menyebalkan?”

Sistem berbicara ‘Ya, kamu’ ada di benaknya pada saat yang sama Benjamin menjawab.

Sama seperti ini, Benjamin berjalan tepat ke pintu toko. Dia berbalik dan melirik pria muda yang mencurigakan itu, berbalik, dan pergi.

Berjalan melalui jalan kosong, dia tidak buru-buru kembali ke hotel. Sebaliknya, ia menyamar dan dengan diam-diam tiba di cabang Regina dari Asosiasi Mercenary.

–> Baca Novel di novelku.id <–