Treasure Hunt Tycoon - Chapter 164

Bab 164: Masalah Datang Mengetuk

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

Selama lelang penyimpanan di Phoenix di Biro Manajemen Tanah, Rick dan timnya menderita kerugian, seperti Napoleon, yang dikalahkan di Pertempuran Waterloo.

Unit yang mereka beli dengan harga 10.000 dolar dianggap kerugian besar. Tidak hanya buku-buku dan majalah-majalah di dalamnya murah, tetapi mereka juga berat. Bagi enam pria, tim yang kuat, itu dianggap pekerjaan berat.

Meskipun Li Du diam tentang jam tangan Patek Philippe, sepeda dan peralatan piknik yang mereka panen dari unit mereka tampak cukup menguntungkan.

Ketika mereka selesai mengemasi unit mereka dan akan pergi, seorang pemburu harta karun yang kuat datang. “Hei, sobat, ini hari yang panas, mau bir dingin? Li, aku ingin berterima kasih atas informasi yang kamu bagikan.”

Hans mengambil Budweiser stout dan bungkusan es dari lelaki yang tampak tangguh itu, sementara Li Du berbicara dengan nada ramah, “Kamu tidak harus — kami memiliki dendam dengan Anjing Telinga Rick itu – aku tidak ingin melihatnya mendapatkan tangannya di unit itu. ”

“Aku mengerti, tapi kudengar dia orang yang benar-benar picik, dia pasti merasa reputasinya sebagai taipan harta di Flagstaff telah ditantang oleh kalian berdua,” kata pemburu harta karun itu. “Pokoknya, kalian berdua harus berhati-hati.”

“Kami mengerti. Terima kasih atas perhatiannya, Ferris, semoga kamu membunuh dengan gadget elektronik.” Hans menepuk pundak Ferris.

Ferris, seorang pemburu harta karun hitam, telah memenangkan lelang untuk unit yang penuh dengan perangkat elektronik; sepertinya investasinya terlihat bagus. Meskipun ada banyak perangkat yang rusak, bagian-bagian di dalamnya terpelihara dengan baik, sesuai dengan apa yang dikatakan Li Du. Dan bagian-bagian ini dapat dijual dengan uang tunai juga.

Ferris tertawa terbahak-bahak. “Kurasa aku mungkin. Dari kelihatannya, unitku tampaknya memiliki banyak barang bagus di dalam.”

Ferris berbalik untuk pergi setelah mengucapkan selamat tinggal, tetapi dia tiba-tiba berbalik lagi. “Oh iya, kalian berdua sebaiknya berhati-hati terhadap Freddy — orang itu sudah menanyakan kabar tentang kalian berdua.”

“Freddy? Siapa itu?” tanya Li Du yang bingung.

Hans menjawab, “Anda ingat unit pahatan yang dibeli Anthony atas nama Lucas? Ada orang kulit hitam yang mengganggu yang memprovokasi kita. Saya pikir dia melihat kita baik sebagai batu loncatan atau sebagai batu sandungan — baik atau, itu tidak baik berita. ”

Li Du mengangguk, ketika dia mengingat orang yang terus membuat komentar sinis tentang mereka.

Dengan tiga truk sampah mengikuti di belakang, mereka berangkat ke Flagstaff.

Li Du ingin pergi ke tempat pembuangan untuk membuang sampah, tetapi Hans tidak setuju. “Ada terlalu banyak sampah, akan mahal untuk menyingkirkan semuanya. Aku tahu cara yang lebih baik untuk menyelesaikannya.”

Gagasannya yang seharusnya bagus adalah untuk membuang setumpuk sampah di samping setiap tempat sampah komunitas.

Li Du merasa itu kejam dari mereka untuk melakukan itu, tapi sudah terlambat, dan para pengemudi truk terburu-buru untuk kembali juga …

Dan malam itu, setiap tempat sampah komunitas menerima tumpukan besar sampah di sampingnya.

Li Du menggelengkan kepalanya dengan tidak setuju. “Aku punya firasat kita akan mendapat masalah karena melakukan ini. Ini adalah karma buruk.”

Hans menyeringai. “Aku sudah melakukan ini selama bertahun-tahun, dan Tuhan belum menghukumku untuk itu. Bahkan, bahkan polisi tidak bisa berbuat apa-apa. Perusahaan pengelola limbah tidak akan tahu siapa yang melakukan ini.”

Hans terlalu penuh dengan dirinya sendiri.

Li Du menerima telepon dari Hans keesokan paginya, “Hei, apa kamu bebas hari ini? Kami tertangkap karena apa yang kita lakukan tadi malam.”

“Apa itu?” Li bingung sesaat sebelum dia mengerti apa yang ingin dikatakan Hans. “Oh, apa kau bicara tentang sampah, kan?”

“Apa lagi?”

Li Du berpikir itu bukan masalah serius dan menyarankan, “Oke, kami salah untuk yang ini, jika mereka menginginkan denda, cukup bayar. Kami harus meminta maaf juga …”

“Nah, petugas kebersihan ingin bernegosiasi; itu tidak terlihat bagus.”

Li Du kemudian naik taksi ke kediaman Fox untuk sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi.

“Apa yang terjadi? Apa maksudmu dengan ‘petugas kebersihan yang ingin bernegosiasi?’”

Hans menjelaskan, “Yah, apakah Anda tahu bahwa pekerjaan pembersihan Flagstaff dilakukan oleh orang kulit hitam? Mereka seperti geng, dan mereka ingin berbicara.”

“Apa yang harus dibicarakan?” kata Li Du dengan bingung.

“Kurasa mungkin mereka ingin memperingatkan kita, atau mungkin memeras sejumlah uang dari kita,” Hans menyimpulkan.

Pemerasan bukanlah sesuatu yang diharapkan Li Du. Jika mereka harus membayar denda, Li tidak akan membuat alasan dan setuju untuk itu secara instan. Tetapi jika itu adalah pemerasan, Li Du tidak akan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.

“Baiklah kalau begitu, di mana tempat pertemuan? Kita akan pergi bersama!”

Ketika Godzilla mendengar bahwa mereka akan bernegosiasi dengan geng, ia mengenakan sabuk pengaman militer.

Li Du khawatir dan bertanya, “Hans, bagaimana kalau membawa pistol 1911 Anda?”

Hans mendengus. “Sobat, ini Flagstaff, bukan Detroit — kita tidak berebut rumput — tidak perlu untuk itu.”

Godzilla mengangguk setuju juga. “Jika kamu dilaporkan membawa senjata di luar, konsekuensinya akan lebih buruk daripada membuang sampah sembarangan.”

Negosiasi diadakan di sebuah bar bernama “Dust & Wolves.” Bar terletak di pinggiran Flagstaff; saat pertemuan berlangsung di siang hari, tidak banyak orang di bar.

Ketika ketiganya sampai di bar, sekelompok pria kulit hitam yang sedang minum bir mereka, berdiri dan memandang mereka. Sebagian besar dari mereka mengenakan terusan biru, yang merupakan seragam petugas kebersihan setempat.

Ketika Li Du melihat kelompok pria ini, dia mengerti mengapa Hans mengatakan tidak perlu membawa senjata apa pun. Sebagian besar pria sudah tua, rata-rata sekitar lima puluh tahun; mereka terlihat jujur dan rendah hati.

“Hans Fox? Senang bertemu denganmu, aku Sandy,” seorang lelaki tua yang mirip Morgan Morgan berbicara.

Hans mengangguk. “Ya, aku Hans. Teman-teman sore yang baik, kita telah menabrak anjing di musim panas; aku merasa seperti berubah menjadi tersentak oleh matahari!”

Seorang pembersih hitam yang tidak puas menjawab, “Dan karena kamu, kita harus bekerja sampai siang hari sejak dini hari untuk membersihkan gunung-gunung sampah di seluruh kota. Di hari biasa, kita bisa pulang kerja sebelum matahari terbit. Dan dengan cuaca seperti ini, apakah Anda mengerti bagaimana perasaan kita ?! ”

Sandy berbicara dengan suara rendah tetapi tegas, “Sal, tenang, kita bisa membicarakan ini perlahan-lahan.”

Kedua belah pihak duduk dan Sandy berkata kepada bartender, “Ralph, tiga gelas bir lagi.”

Bartender memberi mereka tiga gelas bir dingin. Itu adalah bir Singha yang harganya lebih murah, diproduksi oleh pabrik bir Thailand. Mereka memposisikan diri untuk menarik kelompok peminum bir berpenghasilan rendah di Amerika.

Li Du menyesap dan berkata, “Hans mengatakan kepadamu bahwa Anda ingin bernegosiasi. Saya ingin mendengar pendapat Anda.”

Godzilla menghabiskan segelas besar bir dalam satu tegukan; ketika suara kaca menghantam meja, perhatian semua orang beralih ke Godzilla, dan ketika mereka melihat otot-otot lengannya yang kencang, sekelompok pria kulit hitam mengerutkan alis mereka.

Sal berbicara dengan suara rendah, “D * rn, kenapa Big Quinn masih tidak ada di sini?”

Namun, Sandy tampak tidak terganggu oleh gangguan itu. “Sobat, kamu harus minum bir dan perlahan menikmatinya. Menenggaknya sekaligus adalah sia-sia.”

Hans tertawa, “Aku tidak meragukan seleramu, tetapi apakah ini dianggap bir yang enak?” Dia berbalik ke bartender dan mengangkat tangannya, “Bawakan aku Batu IPA.”

Amerika memiliki budaya bir yang unik; jika ada yang menulis tentang topik ini, mungkin akan menjadi buku. Singkatnya, IPA dianggap sebagai salah satu bir berkualitas baik.

Stone Brewing adalah tempat pembuatan bir yang didirikan di San Diego, California Selatan. San Diego juga dikenal sebagai ibu kota kerajinan bir. Itu adalah rumah bagi banyak pabrik, dan Batu bir adalah salah satu yang paling populer.

Tidak hanya Batu tersedia di hampir semua Amerika Serikat, tetapi birnya juga diekspor ke negara-negara seperti Kanada, Eropa, Jepang, dan Singapura.

Bartender melirik Hans dan berkata, “Dua puluh dolar untuk satu botol.”

“Oke, beri aku dua puluh botol,” Hans tersenyum.

Meskipun sekelompok orang tua melengkungkan bibir mereka dengan jijik, mata mereka mengkhianati kecemburuan mereka.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di novelku.id <–