The World Online - Chapter 622

Penerjemah: ryangohsff Editor: ryangohsff

Saat notifikasi berbunyi, Ouyang Shuo dengan penuh semangat melihat statistik dari segel kaisar

Nama: Kaisar Seal (God Rank)

Jenis: Harta Karun Rahasia

Kekhususan: Menangkal Iblis dan Roh (tidak fana dan membantu mengusir kejahatan). Awasi Nanjiang (wilayah di bawah yurisdiksi Tuhan tidak terbatas pada wilayah daratan wilayah tersebut. Seluruh Nanjiang akan berada di bawah wewenang pengguna segel, dilindungi dan diakui oleh pengadilan kekaisaran). Tuhan Yang Diberikan (peningkatan 10% dalam sentimen orang). Perlindungan Nasib (menggunakan kekuatan kaisar untuk memimpin nasib dan kemakmuran wilayah dan melindungi rakyat.)

Evaluasi: ini adalah segel Kaisar yang tidak terkunci, disuntikkan dengan semangat seorang Qilin. Ini dapat mempengaruhi nasib seluruh negara; itu adalah harta karun puncak, suatu keharusan untuk mendirikan negara.

Setelah memeriksa statistik, Ouyang Shuo sebenarnya sedikit kecewa. Peringkat segel telah naik ke peringkat dewa tapi statistiknya tidak banyak berubah.

Ouyang Shuo menduga bahwa itu hanya akan menunjukkan kekuatannya ketika tiba saatnya untuk mendirikan negara.

Setelah menyimpan tulang-tulang Qilin tua di tas penyimpanannya, Ouyang Shuo berbalik dan meninggalkan makam naga. Berjalan keluar dari lembah, ia menemukan Little Green, yang masih berdiri dengan loyal.

“Pergi, ayo pergi!” Ouyang Shuo tersenyum.

Saat matahari terbenam, satu orang dan satu binatang lenyap dari pulau terpencil.

Wilayah Kepulauan Spratly, sebuah pulau tanpa nama tertentu.

Skuadron Cheng Ho telah beristirahat selama tiga hari. Selama tiga hari, tidak ada suara atau sinyal dari jiwa skuadron. Seluruh skuadron telah jatuh ke dalam keadaan yang aneh dan menekan.

Badai dan serangan menyelinap dari monster gurita telah menyebabkan skuadron kehilangan lima ratus orang. Selain itu, air laut telah merendam beberapa barang yang dibawa oleh skuadron, menjadikan barang-barang tersebut tidak dapat digunakan.

Masalah yang paling serius adalah bahwa beberapa anggota tiba-tiba jatuh sakit karena penyakit laut. Seluruh tim medis sangat sibuk, berputar-putar sebelum bisa sedikit mengendalikan penyakit. Bagaimanapun, banyak pelaut melakukan perjalanan jarak jauh untuk pertama kalinya, jadi tidak mengherankan bahwa mereka tidak terbiasa dengan hal itu.

Pukulan berturut-turut berarti skuadron tidak dapat berfungsi secara normal. Mereka mengandalkan Admiral Zheng He dan kekuatan mental mereka yang kuat untuk bertahan.

Sekarang, bahkan Zheng He nyaris tidak bertahan.

Dari tenda komandan yang dibangun sementara, suara-suara pertengkaran yang hebat menyebar.

“Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, kita harus menemukan Tuhan!” Suara kasar seorang pria berseru. Nada suaranya sangat tidak sopan, cemas, dan tidak sabar.

“Aku sudah mengatur perahu cima untuk mencari-cari.” Suara lainnya sangat lembut dan istimewa. Terus terang, itu terdengar agak kekanak-kanakan.

Jelas, suara ini milik seorang kasim.

Di seluruh skuadron, selain dari Zheng He, tidak ada orang kedua yang bisa melakukannya.

“Perahu Cima? Itu masih jauh dari cukup, kita perlu mengatur skuadron utama untuk dilihat. “Pria yang kasar itu tidak setuju,” Jika kamu tidak pergi, aku akan membawa orang-orangku sendiri untuk mencari Tuhan. ”

“Tidak!” Sikap Zheng He tetap tegas.

“A ** h * le, kamu sebenarnya tidak peduli tentang keselamatan Tuhan!” Yang berdiri di depan Zheng He adalah Pengawal Pribadi Kapten Chen Dameng. Melihat Zheng He menggelengkan kepalanya, Chen Dameng menatap pria lain dengan mata sebesar sapi.

Sebagai Kapten Pengawal Pribadi dan komandan seribu Penjaga Bela Diri Ilahi, ia memegang posisi yang benar-benar istimewa dalam skuadron pelayaran. Bahkan sang laksamana tidak memiliki kekuasaan atas dirinya.

Selama badai, mereka tidak dapat membantu, dan Tuhan harus menghadapi musuh sendirian, membuat Chen Dameng sangat malu.

Jika bukan karena perintah Tuhan, Chen Dameng hanya akan pergi untuk mencoba dan membantu. Setelah badai berlalu, skuadron mengikuti instruksi Tuhan dan menemukan sebuah pulau yang sunyi. Namun, hati Chen Dameng tidak merasa nyaman bahkan untuk sesaat.

Setiap hari, dia akan mengganggu Zheng He untuk membiarkannya memimpin pasukan untuk mencari Tuhan.

Zheng He telah menuju ke barat tujuh kali, dan dia telah melihat hampir semuanya. Pada saat ini, tetap tenang adalah yang paling penting, menunggu dengan sabar adalah pilihan terbaik.

Namun, kuda biadab ini tidak mau mundur.

Mereka tidak hanya bertengkar satu atau dua kali. Seiring berjalannya waktu, konflik semakin meningkat, ke titik di mana situasi tidak dapat diselamatkan.

“Hati nurani saya baik-baik saja. Tuhan membiarkan saya memimpin skuadron ini, jadi saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan keselamatan mereka. ”Menghadapi tuduhan Chen Dameng, Zheng He tetap tidak terpengaruh.

“A ** h * le!”

Chen Dameng tidak bisa menahannya lagi, dan dia mengeluarkan pisau besar di pinggangnya.

“Lindungi laksamana!”

Melihat tindakannya, para prajurit di sekitar tenda semua menarik pedang mereka dan menatap Chen Dameng dengan keras. Ini adalah Pengawal Pribadi yang ditugaskan Ouyang Shuo untuk Zheng He.

Suasana di tenda langsung berubah sangat tegang.

“Mundur!” Zheng He mengerutkan kening dan memerintahkan dengan sungguh-sungguh.

“Laksamana!”

Ketika Pengawal Pribadi Zheng He mendengar kata-katanya, ekspresi mereka berubah sedikit cemas.

“Mundur!” Zheng He mengangkat nadanya.

“Iya nih!”

Personal Guard hanya bisa mundur dari tenda tanpa daya.

Selama seluruh proses, Chen Dameng berdiri tanpa rasa takut, dan dia hanya menatap dengan dingin pada adegan ini, “Suatu hari, paling banyak, saya akan menunggu satu hari lagi. Terlepas dari apakah Anda setuju atau tidak, saya akan pergi ke laut begitu hari ini berlalu. ”

Setelah meninggalkan kalimat terakhir ini, Chen Dameng berbalik dan pergi.

Ketika Zheng He melihat Chen Dameng pergi, dia menghela nafas panjang. Untuk pertama kalinya, sedikit kekhawatiran muncul di matanya.

…

Pagi hari berikutnya, masih cerah dan cerah. Permukaan laut seperti cermin, tanpa ombak.

Tiba-tiba, matahari terbit.

Matahari merah oranye perlahan naik dari cakrawala samudera dan bersinar ke bawah. Lautan berwarna biru jernih, sedangkan cahaya matahari berwarna oranye merah hangat seperti bimasakti di langit.

Dengan punggung menghadap matahari terbit, seorang pria perlahan-lahan berjalan menuju pantai.

Benar, dia sedang berjalan.

Pria itu tidak memiliki perahu di bawah kakinya, tetapi dia mendekati pulau terpencil dengan kecepatan tinggi. Di bawah naungan matahari, ia melemparkan bayangan panjang di permukaan air; dia seperti abadi dari surga.

Hanya jika seseorang dekat mereka akan melihat binatang buas di bawah kaki pria itu. Binatang itu memiliki kepala ganas, dan tanduk tajam muncul di permukaan laut, tampak sangat mendominasi.

Anehnya, di depan pria itu, binatang itu sangat lembut.

Satu orang, satu binatang, begitu harmonis dan dekat.

“Tuhan, Tuhan sudah kembali!”

Perahu cima yang berpatroli akhirnya menemukan jejak lelaki itu, dan mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.

Seketika, seluruh pulau menjadi bersemangat.

Sorak-sorai pecah tanpa henti.

“Tuhan, di mana Tuhan?”

Chen Dameng seperti kuda liar, dan dia menyerbu keluar dari tendanya dan melihat sekeliling dengan panik. Setelah keributan, dia melihat seorang pria yang secara bertahap mendekati pantai.

“Benar-benar Tuhan!” Pria pemberani ini benar-benar merobek.

Ketika Zheng He menerima berita itu dan berjalan keluar dari tendanya, kilasan kegembiraan muncul di matanya. Melihat Chen Dameng dan menatap matanya, Zheng He tertawa.

“Apa yang kamu lihat? Pasir memasuki mataku. “Chen Dameng berteriak, saat dia berjalan dengan percaya diri.

Jarak antara keduanya tiba-tiba memendek.

…

Kembalinya Ouyang Shuo adalah berkat besar bagi skuadron pelayaran.

Setelah pertempuran selama badai, Ouyang Shuo bukan hanya Tuhan mereka tetapi raja mereka, pahlawan mereka.

Mereka tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan berhasil melarikan diri dari binatang yang menakutkan itu.

Seperti yang mereka katakan, jika seseorang tidak menghadapi badai, bagaimana mungkin ada pelangi?

Skuadron pelayaran telah menjadi bersatu setelah semua masalah, dan moral mereka sekarang menjulang tinggi. Loyalitas mereka kepada Tuhan mereka juga telah mencapai tingkat yang sama sekali baru.

Tentu saja, jalan harus dilalui.

Misi pelayaran baru saja dimulai.

Sore itu, setelah skuadron berkemas, mereka sekali lagi berangkat dan pergi.

> Baca Novel Selengkapnya di Novelku.id <<<