Summoning the Holy Sword - Chapter 540

Bab 540: Melarikan Diri

Penerjemah: AtlasStudios Editor: AtlasStudios

Apa sebenarnya monster-monster ini ?!

Meskipun makhluk Elemental Bumi tampak besar dan canggung, gerakan mereka di tanah sangat cepat. Dalam sekejap mata, mereka telah tiba di depan kelompok dan menerkam mereka.

Para prajurit pribadi yang melindungi kelompok Edward ngeri dan mereka mengayunkan pedang mereka untuk menangkis monster. Namun, bilah tajam mereka tidak bisa meninggalkan satu bekas luka pun di permukaan seperti batu dan tentara swasta bergerak ke arah pasukan reaksi yang kuat.

“Pergi! Pergi!”

Salah satu prajurit swasta berteriak dan men-hack pedangnya pada makhluk Elemental Bumi seperti cacing. Dentang! Kekuatan reaksi yang sangat besar memaksa prajurit yang menyedihkan dan dia jatuh ke tanah. Dia mendongak dengan panik dan monster itu mengangkat bagian atas tubuhnya dan melebarkan mulutnya untuk menyerang dengan gigi batu tajamnya yang tajam. “Waaa!”

Itu menusuk armor prajurit dan merobek daging dan tulang berdarah. Tentara itu bergidik dengan mata terguling, melambaikan tangannya tanpa daya untuk menghindari cobaan. Gigi tajam monster itu merobek tubuhnya menjadi dua dan jeritannya berhenti tiba-tiba.

“Oh Tuhan…”

Semua orang tampak hampa dengan ekspresi pucat. Lutut mereka melemah setelah menyaksikan monster itu menghancurkan tubuhnya dan darahnya terciprat ke mana-mana. Bukan hanya dia, tetapi prajurit pribadi lainnya juga diserang oleh monster. Dalam sekejap, terowongan itu dipenuhi dengan aroma darah dan jeritan menjijikkan yang membuat rambut mereka berdiri.

“R-Jalankan!”

Mandor, yang telah berjanji bahwa tidak ada hal besar yang akan terjadi, segera berbalik dan melesat menuju pintu keluar. Tapi duri setajam silet keluar dari atas dan menusuk tengkoraknya yang rapuh. Kemudian, mulut ganas jatuh dari langit-langit terowongan dan melahap mangsanya dalam sekali menelan.

“M-Nona Seren, apa yang harus kita lakukan?” Emily bersembunyi di belakang Rhode, bergidik dan menggenggam lengan bajunya.

Emily ketakutan. Lagi pula, Edward dan Emily tidak lebih dari pedagang biasa dan mereka tidak pernah mengalami pembantaian yang tak terhitung jumlahnya seperti Rhode, jadi menyaksikan mayat sudah cukup untuk mengejutkan mereka. Pasti itu kejutan besar bagi manusia biasa yang menyaksikan manusia menjadi mayat di depan mata mereka. Namun, Emily berperilaku berani dan meskipun dia takut, dia terus berdiri tegak di tempat. Sebaliknya, kaki Edward seolah-olah melunak menjadi tumpukan lumpur, tidak mampu bergerak satu inci pun.

“Kita harus meninggalkan tempat ini,” Rhode menyerbu ke depan dan mengayunkan pedangnya. Makhluk Elemental Bumi yang telah melahap mayat mandor berbalik menghadapnya dan menerkam ke depan. Namun, Rhode tidak terpengaruh. Saat cakar tajam makhluk itu beberapa inci jauhnya dari merobek tubuhnya, dia bersandar ke samping dan menghindar dalam keanggunan yang tak terlukiskan. Dia memutar pergelangan tangannya dan memotong makhluk itu menjadi setengah seperti mengiris kue krim. Pukulan fatal mengirim makhluk itu menabrak tanah, menghilang menjadi debu kotor seketika.

Tentang level 10 hingga 15. Ada yang salah dengan kesulitannya!

Tampak jelas bahwa makhluk Elemental Bumi ini memiliki level rendah. Meskipun sifat unik mereka telah memberi mereka keunggulan melawan manusia biasa, mereka sebenarnya tidak kuat sama sekali. Tapi, ini sepenuhnya berlawanan dengan apa yang diingat Rhode! Menurut pengalaman gimnya, makhluk Elemental Bumi seharusnya berada di antara kisaran level 35 hingga 40 setelah benar-benar terbangun! Tapi sekarang, mereka benar-benar hanya memiliki setengah dari kekuatan mereka … Roh Elemental Bumi belum sepenuhnya terbangun, tapi itu pasti tidak dalam tidur nyenyak di dalam segel.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Rhode menatap Celia dengan cepat dan yang terakhir tiba di sisi Edward untuk mendukung dan menariknya ke sisi Rhode dan Emily.

“Ketua Edward, kita akan meninggalkan tempat ini sekarang. Saya harap Anda dapat mengikuti kecepatan kami. Apa pun yang terjadi, jangan tinggalkan pihak kita. Memahami?”

“Ah. Oh Oke, Nona Seren. ”

Edward benar-benar kehabisan akal. Mungkin dia akan menyetujui apa pun yang dikatakan Rhode kepadanya pada saat ini. Namun, Rhode tidak ingin bercanda. Dia melirik Ketua berwajah pucat dan segera berbalik untuk memusatkan perhatiannya pada makhluk yang muncul dari bayang-bayang. Tidak ada yang memperhatikan kilau kegembiraan di mata Rhode. “Ayo pergi!”

“Ss—!”

Kelompok itu melesat menuju pintu keluar dan dua makhluk Elemental Bumi melengkung dengan cara yang menjulang, mulut mereka dibentuk oleh batu-batu tajam melebar dengan ganas. Dalam sekejap mata, makhluk-makhluk itu muncul ke arah kelompok itu. Rhode mengayunkan pedang dasar di tangannya dan cahaya spiritual berkilauan melesat di terowongan gelap. Pisau cahaya yang tak terbatas menjalin ke jaring besar dan menghancurkan musuh sepenuhnya.

Sangat kuat …

Emily membelalakkan matanya dengan heran. Serangan Rhode seolah-olah segudang meteor yang menyilaukan namun mematikan. Wanita muda berambut merah itu bahkan lupa tentang ancaman yang menyusul di belakangnya. Dia berpegangan pada lengan kiri ‘Nona Seren’ dan mengikuti kecepatannya. Sementara itu, Edward terhuyung-huyung bersama Celia dan yang terakhir mengacungkan pedangnya untuk mengusir makhluk-makhluk yang berusaha menerkam mereka. Makhluk Elemental Bumi yang berdiri di depan Celia menunjukkan tanda-tanda keraguan. Sebagai bentuk tertinggi dari Elemen Cahaya, Celia juga memiliki kekuatan Elemen Cahaya murni dan dari aspek tertentu, komposisi Elemen Cahaya Celia mirip dengan makhluk Elemen Bumi ini selain dari sifat atributnya. Meskipun makhluk-makhluk ini yang mengandalkan insting untuk menyerang dapat memberikan kerusakan fatal pada manusia yang ‘tidak murni’,

Makhluk-makhluk di belakang tidak mengejar sekencang sebelumnya setelah mereka menyaksikan ancaman Celia. Semua orang memanfaatkan kesempatan ini dan berlari menuju pintu keluar melalui celah yang telah dibuat Rhode. Tidak ada satu orang di sepanjang jalan dan alat-alat yang dibuang tersebar di mana-mana. Sepertinya para penambang telah melarikan diri segera setelah mendengar keributan.

Terowongan yang dalam dan gelap seolah-olah tidak ada ujungnya ke cakrawala dan tidak ada panduan tunggal yang ditampilkan di bawah obor api. Emily merasa bahwa dia telah terperangkap sepenuhnya di labirin bawah tanah ini dan yang bisa dia lakukan hanyalah mengikuti ‘Nona Seren’ di hadapannya secara membabi buta ketika dia mendukung ayahnya yang terengah-engah dengan gigi terkatup. Emily takut kalau jalan yang mereka pilih salah. Terlepas dari lereng yang jelas berarti bagi mereka bahwa mereka menuju ke atas, tidak ada indikasi lain.

“Haa … Haa …”

Napas cepat bergema di tambang dan Emily bisa dengan jelas mendengar desis dari dekat di belakangnya. Dia ingin berbalik, tetapi dia menggigit bibirnya dan memusatkan perhatiannya di depannya. Dia takut makhluk-makhluk itu akan menerkamnya begitu dia berbalik dan dia akan mati dengan kematian yang menyakitkan dan menyedihkan seperti para prajurit swasta … Dia menggigil setiap kali gambar kematian mereka melintas di benaknya. Kegelapan di sekitarnya terasa seperti makhluk besar, menakutkan yang akan melahapnya sepenuhnya …

Ketika Emily dan ‘Miss Seren’ berlari melewati sudut terowongan, sinar matahari yang penuh harapan dan menyilaukan bersinar terang di depan matanya dan sedikit membutakannya. Ini adalah pertama kalinya dia memuji keindahan dunia dari lubuk hatinya.

“Cepat. Kita hampir sampai! ”Rhode berbalik ke Emily.

Kaki wanita muda berambut merah yang kelelahan itu hampir saja memberi jalan di bawahnya. Dia mencoba yang terbaik untuk mendukung ayahnya ketika mereka bergerak maju sementara Celia mengayunkan pedangnya dan dengan tenang membasmi makhluk tak kenal lelah di belakangnya.

“…!”

Pada saat ini, serangkaian raungan mengguncang tanah di bawah kaki mereka, mengguncang batu yang hancur dan debu dari langit-langit. Rhode berhenti ketika firasat buruk yang tiba-tiba menyelimuti pikirannya.

Gempa bumi? Tidak, ini …!

Ledakan! Semburan angin dan debu meledak di hadapannya seolah-olah dinding terowongan telah dihancurkan oleh kekuatan yang kuat. Tinju seukuran manusia muncul di depan wajahnya dan dia tahu bahwa dia tidak bisa mengelak pada waktunya. Dia mendengus dan memposisikan pedang di hadapannya dengan cepat.

Tinju batu raksasa bertabrakan dengan pedangnya dan aliran udara yang kuat meletus. Tabrakan berat itu membuat Emily panik dan dia hampir muntah karena shock, sementara Edward kehilangan keseimbangan dan langsung jatuh ke pantatnya. Rhode mendorong kembali penyergapan dan retakan yang terungkap pada bilah pedang yang dikeluarkan standar. Dalam sekejap mata, bilahnya hancur total.

Momentum kepalan batu raksasa itu berhenti setelah meluncur lebih dari beberapa meter karena kekuatan reaksi yang kuat dari menumbuk pedang Rhode. Debu yang beterbangan menyebar dan rintangan muncul dengan sendirinya.

Itu adalah sosok setinggi tiga meter, besar, berbentuk manusia. Itu tampak seperti raksasa dan tubuhnya yang sangat besar menghalangi seluruh jalan keluar. Itu memiliki kaki pendek dan lengan batu panjang seperti gorila batu.

Batu Raksasa.

Rhode melemparkan gagang tanpa noda dan menatap ke arah Stone Giant dengan diam-diam. Akhirnya, kehadiran yang jauh lebih mengancam muncul. Raksasa Batu dianggap sebagai salah satu makhluk paling merepotkan di antara makhluk Elemental Bumi. Itu memiliki gerakan lambat, tetapi kekuatan yang kuat. Selain itu, ia memiliki pemulihan diri dan meningkatkan kemampuan pertahanan di lingkungan yang menguntungkan ini. Pejuang biasa tidak bisa menandingi makhluk seperti itu sama sekali.

Tapi Rhode bukan petarung biasa.

“A-Apa itu? Nona Seren? ”

“Aku tidak terlalu yakin, Nona Emily,” jawab Rhode tanpa berbalik.

Dia memasukkan tangan kanannya ke sakunya dan meraih belati tersembunyi dengan tenang. Bagaimanapun, ia telah menghadapi kemunduran yang jauh lebih konyol dalam permainan dan penampilan BOSS yang khas ini pada tahap akhir pelariannya bukanlah hal yang luar biasa. “Saya akan mencoba yang terbaik untuk menarik perhatiannya, Nona Emily. Silakan gunakan kesempatan ini untuk pergi dengan Ketua Edward. ”

“T-Tapi, bagaimana denganmu? Nona Seren? ”

“Jangan khawatir tentang aku, Nona Emily. Aku akan segera pergi setelah kalian pergi dengan selamat. Aku akan menangani monster ini sendirian … Kurasa kamu mengerti maksudku. ”

“…” Emily tidak segera menjawab. “Saya mengerti, Nona Seren. Jangan khawatir, aku akan mencoba yang terbaik. ”

“Bagus, Nona Emily. Jangan lupa tentang kisah yang saya ceritakan malam itu. ”

Rhode tersenyum pada Emily dan berbalik ke arah Batu Raksasa, menyipitkan mata dan mengangkat lengan kanannya.

Madaras menjawab panggilannya.

“-!”

Raksasa Batu merasakan ancaman yang muncul dari senjata di tangan manusia mungil itu. Sebagai makhluk unsur murni, itu sangat sensitif terhadap apa pun yang mengganggu aura magis. Madaras datang dilengkapi dengan 15% kekebalan magis dan itu seperti musuh alami bagi Raksasa Batu. Dia berteriak marah dan melangkah maju, mengayunkan tinju kirinya yang terkepal.

Shing! Rhode melompat maju dan menyambut serangan dengan belati tanpa rasa takut. Sinar spiritual berkilau pada bilahnya yang mencolok seperti meteor yang memukau melintas di langit.

Ledakan! Tabrakan keras yang tak tertahankan terasa seperti palu besar yang menghancurkan dada mereka dan ini hanyalah awal. Rhode menarik belatinya dan dalam sekejap mata, belati itu berubah dan terbelah menjadi sinar pedang yang tak terhitung jumlahnya, melahap kepalan tangan Giant Stone. Angin kencang meledak dari dampak dan ledakan kuat mengguncang seluruh tambang.

Rhode tidak menyerang menggunakan skill. Sebaliknya, itu adalah serangan menggunakan energi spiritual tingkat Master Stage dan Raksasa Batu pasti tidak bisa menahannya tidak peduli seberapa gagah itu. Selain itu, garis keturunan Rhode bukanlah manusia dan kekuatannya jauh lebih tinggi daripada ras manusia biasa. Dampaknya meremas lengan kiri Raksasa Batu dan tersentak beberapa langkah ke belakang dan mengungkapkan celah. “Sekarang kesempatannya, Nona Emily !!”

Emily meraih lengan ayahnya dan berlari ke arah lubang pembukaan sementara Edward mengertakkan gigi dan menjaga jarak sedekat mungkin. Dia terengah-engah, tetapi keinginannya untuk bertahan hidup mendorong kakinya yang berat ke depan.

Raksasa Batu sama sekali tidak memperhatikan Emily dan Edward karena ia sepenuhnya memusatkan perhatian pada Rhode. Sebagai makhluk elemental tanpa indera, kehilangan lengan tidak ada artinya baginya. Raksasa Batu mengangkat lengan lain yang tersedia dan menyerang ke arah Rhode dengan sekuat tenaga. Kali ini, Rhode tidak menghadapinya secara langsung. Sebaliknya, dia berguling ke samping dan mengelak, memberi isyarat pada Celia untuk mengawal Emily dan Edward ke pintu keluar. Celia merasa agak heran dengan keputusannya, tetapi dia tidak mempertanyakannya. Dia menyarungkan senjatanya dan berlari ke arah mereka.

Raksasa Batu melemparkan pukulan lain ke arah Rhode.

Ini tentang waktu.

Rhode sedikit mengernyitkan alisnya setelah melirik posisi Emily, Edward, dan Celia. Dia berguling menjauh dari serangannya dan menembak untuk tubuhnya. Madara memancarkan sinar spiritual yang luar biasa dan menusuk tubuhnya dalam-dalam.

“-!”

Raungan yang dalam dan memekakkan telinga bergema di tambang, membuat telinga Rhode mati rasa. Sinar terang muncul dari matanya dan seluruh tambang mulai bergetar hebat seiring dengan transformasi. Tak lama kemudian, batu-batu besar jatuh dari langit-langit dan terbang menuju Batu Raksasa.

“Waa!”

Emily bersembunyi dari batu terbang, tetapi Edward telah dipukul. Dia menjerit kesakitan dan jatuh menuruni lereng terowongan seperti labu bergulir.

“Ayah!”

“Pak. Edward! ”

Emily berteriak dengan panik dan Celia meraih lengannya secepat mungkin. Namun, pada saat ini, Rhode melirik Celia dan gerakannya terhenti secara halus. Jarinya hampir mencengkeram lengan Edward. Dia menyaksikan tanpa daya ketika dia menggulingkan terowongan menuju makhluk Elemental Bumi.

> Baca Novel Selengkapnya di Novelku.id <<<