Summoning the Holy Sword - Chapter 517

Bab 517: Pertempuran Paphield (10)

Penerjemah: AtlasStudios Editor: AtlasStudios

Thon mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan Rhode tanpa harapan. Dalam sekejap mata, Rhode telah menghilang sepenuhnya dan hanya jejak cahaya keperakan yang tersisa. Waktu telah berhenti untuk Thon. Napasnya terengah-engah dan dia merasakan debar keras di hatinya seolah-olah ada tangan yang tak terlihat meraihnya.

Dunia di depan matanya hancur.

Rhode muncul dalam bayangan yang berayun dengan panik seolah-olah itu adalah bagian dari dirinya. Para prajurit yang sangat berhati-hati tersandung dan jatuh setelah melihat Rhode di belakang Komandan mereka. Rhode menebas Komandan dengan cepat dan bagian-bagian tubuhnya yang terputus jatuh seperti balok kayu yang hancur dalam sekejap mata.

Para prajurit tidak pernah melihat teknik pembunuhan yang tidak biasa dan mereka yakin bahwa Komandan mereka aman dalam pengepungan mereka dari penyusup. Tetapi pria misterius ini menyelinap dan membunuh Komandan sebelum mereka menyadarinya.

Terasa baik.

Rhode mengangguk ketika bentangan bayangan terakhir menyatu dengan tubuhnya.

Sebelum meninggalkan Land of Atonement dan menuju ke Cloud Summit Fortress, Rhode telah memilih untuk memasukkan semua Poin Keterampilan yang telah dia terima dari mengalahkan Duke Fiend ke dalam Swordsmanship [Shadow Dance]. Penguasaan [Swordsmanship [Shadow Dance]] akhirnya ditingkatkan dari Rank ‘C’ ke Rank ‘A’ dan kekuatannya telah menembus batas manusia dan memasuki Tahap Legendaris. Melalui peningkatan ini, ia juga menerima keterampilan pedang inti [Dark Wield].

Dengan keterampilan paling menakutkan dan terkuat dari Roh Gelap, Rhode sementara waktu bisa berbaur dengan Shadow Plane of Existence dan terlibat dalam pertempuran jarak pendek dan serangan. Lebih jauh lagi, [Dark Wield] tidak hanya bisa memungkinkan Rhode melakukan teleportasi instan, tetapi ada juga kesempatan untuk mengganggu perapalan mantra musuh dan mengganggu pertahanan mereka. Sampai batas tertentu, teknik ilmu pedang ini tidak sepenuhnya mengganggu keadaan fisik tetapi bahkan dapat mempengaruhi aspek Elemen.

Rhode tahu bahwa Dark Spirit yang sepenuhnya menguasai [Dark Wield] juga merupakan ahli manipulasi kekuatan Shadow. Dalam puncak skill [Dark Wield], tidak hanya seseorang dapat secara instan berteleportasi untuk membunuh musuh, tetapi seseorang juga bisa membentuk bentuk tubuh sendiri dan memanggil makhluk lain yang hidup di Shadow Plane of Existence untuk terlibat dalam serangan menggunakan kekuatan Shadow. Begitu seseorang mencapai standar penguasaan ini, seseorang bahkan bisa dianggap sebagai kehadiran Mage. Tapi sangat disayangkan karena pembatasan kelas dari Pendekar Roh, Rhode tidak bisa meningkatkan keterampilan ini ke puncaknya.

Rhode tertawa muram pada pemikiran ini. Dia membalikkan pergelangan tangannya dan para prajurit menyaksikan pria di depan mereka berubah menjadi bayangan sekali lagi seolah-olah dia telah kehilangan tubuh fisiknya dan menghilang bersama dengan angin kencang.

Para prajurit bertukar panik karena mereka tidak bisa membedakan apakah ini kenyataan atau hanya mimpi. Namun segera, mereka tidak perlu mempertimbangkan pertanyaan ini lagi.

“Semuanya, bersiap-siap …” Marfa mengangkat pedangnya dengan ekspresi tanpa ekspresi dan melambaikan pedangnya ke bawah dengan sekuat tenaga. “Menyerang!”

Komandan Legiun Selatan terbunuh dan mereka kehilangan pilar dan alasan untuk melanjutkan pertempuran ini. Tentara bayaran Starlight berkerumun menuju kamp belakang seperti sapi jantan yang marah dan tentara musuh melarikan diri dengan tergesa-gesa. Para prajurit garis depan yang menyerang Cloud Summit Fortress memutuskan untuk mundur setelah mendeteksi bencana di belakang. Tanduk terompet untuk mundur terdengar dan para prajurit melarikan diri dengan berantakan, hanya menyisakan mayat-mayat yang menyedihkan.

2:15 pagi

Rhode mengalihkan pandangannya dari arloji saku di telapak tangannya. Kamp belakang di depannya menampilkan pemandangan yang mengerikan — ternoda darah, mayat, dan terbakar. Tempat itu telah kembali ke kedamaian dan ketenangannya. Jika bukan karena nyala api yang cerah, mungkin tidak ada yang akan tahu bahwa ada pertempuran sengit beberapa saat yang lalu.

“Sungguh membosankan.” Rhode menatap mayat di sebelah kakinya. Itu adalah seorang pria muda berambut pirang seusia dengan dirinya. Wajah putihnya telah kehabisan darah seluruhnya dan lehernya bersandar di pundaknya yang memperlihatkan tulang dan dagingnya yang merah. Mata pemuda itu melebar seolah bola kaca dan darah menetes dari mulutnya yang melongo. Dia tidak lebih dari EXP di mata Rhode. Rhode menemukan bahwa selama dia yang memimpin pertempuran, dia akan menerima EXP yang sesuai. Namun, dia hanya bisa menerima EXP terbatas dari musuh yang rata-rata level 25.

Lize berdiri di belakang Rhode diam-diam.

Emosinya yang berapi-api telah memudar. Wanita muda itu menganga setelahnya dan dia merasakan perasaan lega yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia melihat mayat yang sama di dekat kaki Rhode dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun dia terbiasa melihat mayat, kisah hidup mayat individu sama sekali berbeda.

Ada alasan keberadaan mayat-mayat ini, jadi apa alasan mereka semua ada di sini?

Siapa yang mereka coba lindungi? Bukan martabat, keinginan, atau kemuliaan pribadi mereka. Mengapa orang-orang di negara yang sama mengacungkan senjata mereka di medan perang dan saling membunuh? Apa tujuan dari ini?

Lize tidak tahu mengapa orang-orang Selatan merebut otoritas dan mengorbankan begitu banyak nyawa. Pertempuran ini akan terus berlanjut dan pada saat itu, orang-orang dari Selatan dan Utara akan mati. Tapi, tidak peduli berapa banyak yang mati, mereka masih orang-orang dari Kerajaan Munn. Apa tujuan sebenarnya dari pembantaian semacam itu?

Pada saat ini, wanita muda itu mendengar jawaban Rhode. “Sungguh membosankan.”

Dia memandang pria di depannya dengan heran dan dia menyadari bahwa cara Rhode mengabaikan mayat di bawah matanya adalah seolah-olah itu tidak lebih dari sampah. Ekspresinya begitu acuh tak acuh sehingga membuat tulang punggung Lize merinding. Ini bukan pertama kalinya Lize merasakan getaran ini dari Rhode. Meskipun Rhode biasanya sopan, sombong, dan percaya diri dan akan memasang wajah tanpa ekspresi sebagian besar waktu, dia telah memperhatikan kelembutan yang tersembunyi di balik topeng dingin setelah bergaul lama dengannya. Tapi Rhode kadang-kadang menunjukkan sisi lainnya. Seolah-olah pemuda ini sama sekali bukan milik dunia ini. Dia hanyalah pejalan kaki yang tidak tertarik pada dunia dan manusia di dunia ini hanyalah serangga di matanya.

Wanita muda itu merasa tidak aman tentang kesadaran ini karena dia secara sadar telah menyegel sisi langka Rhode ini dalam ingatannya. Dia menggigil saat dia melirik matanya dan mayat-mayat di medan perang.

Dia menemukan bahwa dia tidak mengerti pria ini sama sekali.

“Semua musuh telah mundur, Tuan.” Ketika Lize merenung, suara Marfa terdengar dan dia menjerit pelan. Namun, dia menangkupkan mulutnya dengan cepat sebelum mengalihkan perhatiannya ke Marfa.

“Bagaimana korbannya?” Tanya Rhode.

“Jangan khawatir, Tuan. Beberapa saudara kita terluka, tetapi luka-lukanya tidak parah. Mereka akan segera pulih dengan penyembuhan para Ulama. ”Marfa menunduk dan menjawab dengan hormat sebelum menunjukkan senyum pahit. Rhode adalah atasan yang menentukan dan memiliki tekad kuat untuknya. Namun, Rhode memiliki kebiasaan buruk karena terlalu khawatir tentang cedera anak buahnya. Meskipun wajar bagi pemimpin guild dan Baron untuk mengkhawatirkan bawahan mereka, Rhode tampaknya sedikit berlebihan dan dia akan terdengar seperti nenek yang mengomel.

Namun demikian, Rhode mendapat banyak rasa hormat dari tentara bayaran. Akan tetapi, siapa pun yang mampu menunjukkan kekhawatiran verbal, Rhode dengan tulus memperhatikan kesejahteraan mereka karena ia mengajukan pertanyaan yang sama setelah setiap pertempuran. “Baik. Bersiaplah dan kami akan menyebutnya sehari. ”

Ketika Rhode kembali ke Cloud Summit Fortress dan bertemu Garcia, Komandan Benteng licshod duduk bersila di tanah dan noda darah di sekujur tubuhnya membuatnya lebih sengsara daripada dirinya. Garcia menyapa dengan senyum pahit. “Yo, permintaan maaf saya bahwa saya hanya bisa menyapa Anda dengan cara ini, Mr. Rhode. Haha, betapa beruntungnya kamu melihat sisi menyedihkan diriku ini. ”

“Kau selalu terlihat sedih, Tuan Garcia,” kata Rhode dan mengamati situasi Benteng. Harus dikatakan, pertahanan di sekitar Benteng tampil jauh lebih baik dari yang dia bayangkan. Terlepas dari keadaan Benteng yang semakin terpecah-pecah, tidak ada terlalu banyak kerusakan. Adapun Fortress internal … Karena tempat konyol ini rusak di tempat pertama, Rhode tidak bisa melihat perbedaan.

“Bagaimana situasinya?” Kata Rhode.

“Masih baik-baik saja. Meskipun saya kehilangan beberapa anak buah saya, kami nyaris tidak menahan musuh. Itu semua berkat kamu. Jika tidak, kita akan berada dalam masalah besar jika musuh terus menyerang. “Garcia menunjuk dan tertawa tanpa daya. Kemudian, dia menyenandungkan sedikit nada ketika dia berdiri dan menepuk debu kotor dari dirinya sendiri. “Bagaimana dengan akhirmu? Meskipun itu saran saya, saya tahu bahwa musuh tidak mudah dihadapi. ”

“Kami beruntung di pihak kami karena orang-orang itu meletakkan Singa Legiun di belakang dan tentara mereka ketakutan begitu mereka bertemu denganku. Saya mengambil kesempatan itu dan memusnahkan Komandan mereka dan sekelompok idiot melarikan diri dan segera menyerah. “Rhode mengangkat bahu ketika dia menjawab sementara Garcia mengangguk sebagai jawaban.

“Kedengarannya seperti kalian lebih mudah, Mr. Rhode. Jujur saja, aku sangat iri padamu. Jika aku bisa memiliki banyak pria tangguh, mungkin aku … “Garcia berhenti sejenak. “Kurasa sudah saatnya aku mengatur ulang orang-orangku. Sampai jumpa lagi, Mr. Rhode. ”

Rhode menatap Garcia saat dia meninggalkan kamar. Tampak jelas bahwa ada sesuatu yang aneh dengan perasaan puasnya.

Setelah itu, tidak ada lagi gerakan dari Legiun Selatan. Menurut Joey, pasukan yang tersisa yang mundur akhirnya berpisah karena konflik internal mereka. Rhode juga menerima berita dari Garcia tentang tiga legiun besar. Tidak hanya tiga legiun besar yang tidak mampu mengalahkan Benteng, mereka juga menderita kerugian besar. Saat ini, mereka harus mendorong tanggung jawab satu sama lain dan tidak lagi memiliki kekuatan dan energi untuk meluncurkan gelombang serangan lain ke Cloud Summit Fortress, yang merupakan kabar baik bagi Garcia dan Rhode.

Namun, itu bukan kabar baik.

Meskipun Legiun Selatan telah mundur, garnisun KTT Cloud telah menerima pukulan besar. Sepertiga dari tenaga mereka telah dikorbankan dalam pertempuran tadi malam dan jika bukan karena Rhode’s Clerics untuk menyelamatkan hidup mereka, mungkin setengah dari tenaga kerja mereka akan lenyap saat itu.

Jika Legiun Selatan mengumpulkan pasukan mereka dan meluncurkan gelombang serangan lain pada KTT Awan, mungkin Rhode dan Garcia tidak akan bisa melawan mereka karena kurangnya tenaga kerja. Karenanya, Garcia mengirim anak buahnya ke Golden City untuk melaporkan situasi dan mencari bala bantuan pada hari berikutnya.

Yang Mulia Lydia menanggapi permintaan Garcia dengan cepat dan mengerahkan 2.000 tentara ke Cloud Summit. Meskipun ini secara alami adalah kabar baik bagi Garcia, itu tidak sepenuhnya bagus untuk Rhode.

Karena dia melihat nama di daftar nama mobilisasi yang tidak ingin dia lihat.

Gaya.

Ini adalah nama unik yang agak berbeda dari orang-orang Kerajaan Munn. Rhode berharap dia bisa meninggalkan Benteng secara instan dan pergi sejauh mungkin. Bukan karena orang bernama Gaya ini menakutkan … Atau mungkin, dia pada dasarnya tidak berbahaya bagi kebanyakan orang.

Dalam permainan, dia adalah musisi Lydia dan itu hanya penampilannya saja. Di permukaan, Gaya tidak memiliki pangkat militer resmi. Namun, sebagai asisten paling bangga dari Yang Mulia Lydia, Gaya adalah Kapten Penjaga ‘Pedang Murni’ dan juga seorang Sage Suci. Dia memiliki kekuatan Stage Legendary pada usia muda dan dapat dikatakan bahwa dalam hal kekuatan, Saint Pedang Kabut dari Parlemen Negara Cahaya bahkan mungkin tidak cocok melawannya. Atribut bakat Gaya adalah ‘Sound’ dan dalam permainan, itu adalah atribut varian yang sangat aneh.

Tentu saja, ini bukan yang terburuk untuk Rhode karena itu tidak ada hubungannya dengan dia.

Itu adalah latar belakang Gaya yang paling ia takuti.

Dia lahir di Dataran Timur dan juga satu-satunya figur perwakilan Dataran Timur di Partai Raja. Dia tahu segalanya tentang Eastern Plains.

Dan tidak akan sulit baginya untuk mengekspos identitas Rhode.

> Baca Novel Selengkapnya di Novelku.id <<<