Night Ranger - Night Ranger Chapter 607

Bab 607: Duel

Penerjemah: Penerjemah Editor Bangsa: Penerjemahan Bangsa

Pertapa itu tampak seperti pria paruh baya yang biasa saja, meskipun terluka.

Kakinya telah hilang dalam pertempuran melawan Dark Spectre, jadi dia hanya bisa berjalan dengan sepasang tongkat.

Tapi ini tidak membuatnya tampak lemah sama sekali.

Marvin merasakan aura yang kuat datang darinya, seperti binatang buas yang telah lama tidak aktif, yang telah kehilangan amarahnya tetapi siap meledak dengan kekuatan ekstrem setelah dihidupkan kembali.

Agar dia dapat hidup dari era kacau yang jauh sampai sekarang, garis keturunannya dari pesawat itu pasti berasal dari spesies yang berumur panjang.

Seseorang yang telah hidup untuk waktu yang lama tentu akan melihat banyak hal. Bahkan seorang idiot bisa menjadi bijak setelah waktu yang cukup, apalagi seseorang yang sudah pintar.

Dari apa yang dipahami Marvin, Hermit tetap berada di Underdark selama ini untuk mengawasi segel Eternal Frozen Spring.

Dia membenci Dark Spectre sampai ke tulang karena mereka telah menghancurkan kampung halamannya.

Dia tidak punya perasaan khusus untuk Feinan, tetapi dia tidak mau melihat Dark Spectre bebas berkuasa atas dunia lain.

Dia sekarang memakai ekspresi aneh.

…

Marvin ragu-ragu sebentar sebelum dengan tenang menyatakan, “Bagaimanapun, pasti ada seseorang yang akan berdiri untuk mencoba mencegahnya.”

“Saya harap Anda bersedia membantu saya.”

Pertapa itu melirik Marvin. “Anak muda, apakah Anda pernah berpikir bahwa ada bencana yang tidak pernah bisa dihentikan? Bahkan jika Anda menyelamatkan dunia, sangat mungkin bahwa krisis lain sudah dekat. ”

“Kamu tidak bisa menyelamatkan semua orang sendirian, dan lebih lagi, itu bukan tanggung jawabmu.”

“Kenapa orang-orang yang menghancurkan Ordo tidak menyelesaikan masalah ini? Jika Kolam Sihir Semesta masih ada, Segel Eternal Musim Semi tidak akan terlepas, dan kekuatan Night Monarch tidak akan memudar darinya. ”

Ekspresi Marvin menjadi agak aneh.

Dia tahu beberapa rahasia tentang masalah ini, terutama setelah pembicaraan dengan Lance yang dihasilkan dari Ambella menyerang mimpinya.

Dia telah belajar dari percakapan itu bahwa itu sebenarnya adalah ide Lance untuk para Dewa untuk menyerang Pool Sihir Semesta!

Dan berdasarkan kata-kata sarkastik pertapa itu, sepertinya dia tahu tentang itu.

Dia benar-benar mengkritik Dewa Penciptaan Feinan?

Marvin mengerutkan kening. “Kamu pikir seseorang memanfaatkanku?”

Sang pertapa menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu asal usulmu, tetapi hanya mereka yang telah menghadapi keputusasaan yang bisa mengejar aspirasi yang luar biasa.”

“Aku bisa meminjamkanmu Pedang Penakluk Iblis, tentu saja, tapi aku bisa melihat beberapa … pengaruh pada tubuhmu yang sulit untuk dijelaskan.”

“Jadi, aku tidak bisa tidak mengingatkanmu: Kamu mungkin berpikir bahwa ada beberapa hal yang baik, tetapi bagi yang lain, kamu hanyalah bidak catur.”

“Kamu harus berpikir tentang arti hidupmu.”

Mendengar ini, Marvin tertawa kecil. “Sebelum merenungkan arti hidupku, aku harus fokus dulu untuk bertahan hidup.”

“Kamu benar, beberapa hal bukan tanggung jawabku, tapi selalu ada orang yang berdiri untuk mengatasinya, kan?”

“Aku bukan orang yang mulia, tetapi untuk membiarkan orang-orang di sisiku hidup dengan baik, aku harus habis-habisan dan berjuang melawan bencana itu.”

“Adapun arti hidup, setelah segalanya beres, itu akan secara alami muncul di hadapanku.”

Sang pertapa tersenyum dengan tenang, menatap Marvin dan memikirkan kapan dia masih muda.

Dia tidak ingin bicara terlalu banyak, jadi dia hanya menyerahkan Marvin sebuah kotak kecil.

Kotak ini berisi Pedang Penakluk Setan.

Sang pertapa dengan tenang menjelaskan kepada Marvin tentang kegunaannya.

Senjata ini dibuat dengan mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa di dunianya sebelum keruntuhan untuk upaya terakhir.

Itu memiliki sejumlah kegunaan, dan saat ini hanya ada dua kegunaan tersisa. Setelah penggunaan habis, Pedang Penakluk Iblis akan berhenti.

Setelah Marvin mengerti bagaimana menggunakannya, wajahnya menjadi lebih bermartabat.

Kondisi yang ketat untuk menggunakan Demon Subduing Sword membuatnya lebih menantang bagi Marvin untuk membunuh Ibu Hantu Terakhir daripada yang dia kira.

Pantas pertapa itu tidak terlalu optimis tentang Marvin yang berusaha menghentikannya.

Tapi dia akhirnya meminjamkan senjatanya kepada Marvin, yang sepertinya agak membingungkan.

Namun Marvin tidak mempertanyakan keputusannya. Setelah memberi hormat pada petapa itu dengan hormat, dia meninggalkan jurang yang sunyi.

Segera, hanya pertapa dan kodok yang tersisa.

“Bodoh, kan?” katak itu bergumam ketika dia melihat sosok Marvin yang mundur.

Pertapa itu perlahan menggelengkan kepalanya.

“Jika aku benar-benar berpikir dia bodoh, aku tidak akan meminjamkannya Pedang Penakluk Iblis.”

“Anak itu agak menarik. Dia berbicara tentang kebenaran, tetapi itu tidak selalu apa yang dia yakini. ”

“Tunggu sampai semuanya beres? Pembicaraan yang bagus. Ahh, aku merasa tulang-tulang tua ini harus menikmati kisah yang sedang berlangsung. ”

Kodok itu memandang pertapa itu, sepertinya bingung.

Yang terakhir terkekeh lembut saat dia melanjutkan, “Semua orang ingin menerobos kandang.”

Dunia ini sudah dilakukan karena bahkan Dewa Penciptaan ingin menghancurkan dunia ini sehingga ia dapat menjadi bebas. ”

“Tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukan ini sendiri, jadi dia hanya bisa mencoba mendapatkan dukungan dari pasukan lain. Dia menemukan bahwa yang lainnya di Feinan juga tidak cocok, dan dengan demikian dia hanya mencari seseorang dari dunia lain. ”

“Bocah itu pasti datang dari dunia lain, karena dia tidak memiliki tanda Feinan. Dia seperti saya sejak tahun itu … Dia adalah satu-satunya variabel dalam permainan catur. Lance merasa bahwa semuanya ada di bawah kendalinya, tetapi rencananya mungkin tidak berjalan sesuai rencana. ”

“Lagipula, beberapa bidak bisa sangat keras kepala, dan jika mereka terus maju, meninggalkan jejak darah, mereka mungkin juga bisa menyapu papan catur itu dan menjadi sesuatu yang lebih.”

“Ketika bidak catur menjadi pemain catur, ingin membalik papan catur itu mungkin tidak semudah itu.”

Kodok itu menunjukkan ekspresi sejak saat bergumam, “Sejujurnya … aku tidak mengerti.”

Pertapa itu tertawa, “Tidak apa-apa jika kamu tidak mengerti.”

“Saat ini, kita orang luar hanya akan menonton pertunjukan.”

…

Marvin berjalan diam-diam, tetapi kata-kata sang pertapa masih bergema di benaknya.

Kata-kata itu tidak membuatnya tidak terpengaruh seperti yang ia bayangkan.

Lance pasti membawanya ke Feinan karena alasan tertentu. Tapi alasan ini … Apa itu? Marvin tidak terlalu jelas tentang itu.

Sebagai soal dipanggil bidak catur, Marvin hanya bisa menertawakan dirinya sendiri. Dia merasa bahwa menjadi bidak catur selalu lebih baik daripada tetap menjadi orang cacat.

Paling tidak, dia masih punya harapan.

Dengan harapan, kemungkinan tidak terbatas.

Lance dan para Dewa, lapisan konspirasi, atau plot terbuka … Semua hal ini, dia tidak memiliki kualifikasi untuk memikirkannya untuk saat ini.

Tapi dia jelas tentang satu hal. Hanya dengan kekuatan yang cukup dia dapat memengaruhi jalannya Semesta ini, dan pada saat itu, dia akan memenuhi syarat untuk memikirkan apa yang dia sisihkan.

Kalau tidak, tidak ada gunanya mengkhawatirkannya.

Kata-kata pertapa itu mungkin karena kebaikan, tetapi terlalu dini untuk berpikir seperti itu, menurut pendapat Marvin.

Akan lebih baik untuk tidak khawatir tentang semua hal-hal berantakan yang dia tidak bisa memengaruhi dan fokus pada peningkatan kekuatannya.

Tentu saja, tidak khawatir tentang itu tidak berarti mengabaikannya sepenuhnya; sebaliknya, Marvin memiliki pemikiran yang sangat jelas tentang itu semua.

Semua orang tidak bertindak sepenuhnya secara spontan. Tindakan mereka semua didorong oleh minat.

Jika suatu hari, ketika semuanya terungkap, bahkan jika ia harus menjadi musuh Lance, Marvin tidak akan takut.

Karena pada saat itu, dia akan tumbuh ke titik yang bahkan Lance tidak bisa bayangkan!

Ini sebagian kepercayaan diri Marvin, dan sebagian persyaratannya sendiri untuk dirinya sendiri.

…

Beberapa hari kemudian, North of Rosen Strongholds.

Di dalam benteng kecil.

Di arena duel, dua kelompok orang saling berhadapan dengan belati yang ditarik.

“Raven, apakah kamu benar-benar memikirkan ini dengan seksama?”

“Bahkan jika kamu menang, kamu mungkin tidak memegang kursi itu. Dan jelas, dengan perbedaan kekuatan, tidak mungkin bagi Anda untuk menang. ”

“Benteng Ruby Kami awalnya adalah benteng kecil. Hal-hal yang Anda inginkan terlalu tinggi untuk Anda. Kecuali jika Anda mempertimbangkan proposal saya sebelumnya … “Seorang Manusia Paruh Baya setengah baya menatap Raven dengan rakus dan perempuan cantik Drow di sisinya sambil menelan ludah.

“Kami akan bergandengan tangan, kamu akan membantuku duduk di kursi itu, dan kami akan berbagi segalanya, bagaimana dengan itu?”

Orang-orang di sisinya semua mengangguk dan dengan sembunyi-sembunyi membuat suara pengakuan sebagai tanggapan atas kata-kata pemimpin mereka.

Dia memiliki lebih banyak orang, setidaknya tiga kali lebih banyak daripada Raven.

Kali ini, untuk mengkonsolidasikan kekuatan Ruby Stronghold-nya, ia tidak menyisihkan biaya untuk menyewa pasukan dari benteng-benteng lain untuk menjatuhkan kelompok Raven dalam satu kali serangan.

Sepertinya itu tidak sulit baginya, karena dia mendapat restu Dewa Naga Hitam, yang telah dipilih oleh Dewa.

Raven dan yang lainnya sudah dibuang oleh Tuhan mereka dan pasti tidak bisa bersaing dengan dia sama sekali.

Dia masih memutuskan untuk mencoba pendekatan diplomatik dulu karena dia tidak ingin Benteng Ruby kehilangan kekuatan karena gesekan internal.

Tapi Raven masih tidak mengatakan apa pun sebagai tanggapan. Sebaliknya, Drow di sisinya tiba-tiba melangkah maju dan dengan dingin bertanya, “Mengapa Anda perlu berbicara begitu banyak omong kosong?”

“Kami sepakat untuk berduel, siapa pun yang kalah akan dikalahkan. Sisanya dapat ditangani setelah itu, bukan? Kamu sangat merepotkan. ”

Ekspresi pria paruh baya itu menjadi sangat tidak sedap dipandang.

–> Baca Novel di novelku.id <–