Martial Arts Master - Chapter 389

Bab 389: Bagian Atas dan Bawah

Penerjemah: Editor Transn: Lucas

Yan Zheke tahu persis apa yang akan dihasilkan dari kata-katanya, dan dia siap untuk itu dan agak bersemangat tentang hal itu. Setelah menyaksikan Lou Cheng menyalip Ann Chaoyang, mengalami kemenangan Universitas Songcheng atas Huahai, dan diejek oleh pacarnya, dia ingin menjadi akrab dengan Cheng.

Namun, respons Lou Cheng jauh melampaui harapannya. Dia dengan santai mengambil kunci kartu, memeluknya erat, dan membawanya ke kamar. Dia merasa tinggi di atas awan, pusing, dan basah hingga gelombang gairah terakhir Lou Cheng berakhir. Dia melihat cahaya redup bersinar melalui jendela dan merasakan kelembutan tempat tidur dan panas dari tubuh telanjang yang berbaring di sampingnya.

Fiuh … Dia masih terengah-engah, mengingat apa yang baru saja terjadi. Dengan malu-malu dan malu-malu, dia menendang betis Lou Cheng dengan lembut dan mengeluh seperti anak manja,

“Aku pikir kamu mengatakan ciuman.”

Membelai punggungnya yang halus dengan tangan kanannya, Lou Cheng menjawab sambil tersenyum,

“Ya, aku sedang berciuman. Ya.”

Dia bangga seperti kucing setelah keintiman rahasianya.

Sebuah pemandangan terlintas di kepalanya di mana Lou Cheng membenamkan wajahnya di dadanya dan tangannya tanpa sadar menggosok dan menjambak rambutnya.

Dipukul oleh rasa malu yang memalukan, wajahnya terasa panas, pundaknya gemetar, dan kepalan tangannya menjangkau dadanya.

Bam! Dalam suara angin, dia tiba-tiba ingat dia bukan lagi gadis yang lemah. Pejuang Ninth Pin yang cakap dan profesional seperti dia, dia bisa menghancurkan batu dengan satu pukulan. Dia dengan cepat menyebarkan kekuatan terkonsentrasi dan menyentuh Lou Cheng dengan lembut.

“Jangan khawatir. Saya memusatkan kekuatan saya untuk membubarkan serangan Anda, ”kata Lou Cheng sambil tersenyum penuh kasih.

Yan Zheke memutar matanya ke arahnya, tetapi omelannya digantikan oleh beberapa tawa.

“Apa yang lucu?” Tanya Lou Cheng, bingung, sambil mengencangkan pelukannya.

Yan Zheke mengerutkan bibirnya, menggerakkan matanya, dan menjawab dengan cara yang glamor, “Aku tiba-tiba teringat kejadian canggung dengan sepupuku.”

“Ji Lingxi?” Tanya Lou Cheng karena penasaran.

“Ya. Sifat keluarga kakek saya dilindungi dan bijaksana. Sepupu saya tidak berkencan dengan anak laki-laki sampai tahun pertamanya di universitas. Dari Professional Ninth Pin, dia dikaruniai beberapa kekuatan aneh sejak lahir. ”Yan Zheke bersuka cita. “Ciuman pertamanya terjadi di sebuah paviliun di universitas. Dia duduk di bangku batu dan dia menciumnya dari posisi memerintah. Dia begitu bersemangat dan bingung sehingga dia tidak bisa mengendalikan diri. Dia tangan kanan meraih bangku batu begitu erat dan memecahnya menjadi dua … ”

“Ha! Apa selanjutnya? ”Lou Cheng geli hanya membayangkan adegan itu.

“Berikutnya? Dia menjadi pucat karena ketakutan dan putus dengannya di QQ setelah beberapa hari. Sepupu saya sangat tersesat … Ha-hah. “Yan Zheke tertawa sangat banyak sehingga dia tidak bisa melanjutkan. Setelah belasan detik, dia mulai memuji dirinya sendiri. “Untungnya, saya memiliki ide untuk mengendalikan diri jauh di kepala saya. Itu telah menjadi bagian dari naluriku. ”

Lou Cheng menatap ragu dengan sengaja.

“Sangat? Lihatlah ke sekeliling dulu. ”

Yan Zheke melihat sekeliling, bingung. Dia memperhatikan betapa berantakannya tempat tidur dengan seprai dan selimut yang ditumpuk di tengah.

Dia tiba-tiba teringat saat lain yang menarik ketika dia menggigit bibirnya dengan keras, menarik selimut itu dengan kedua tangan, dan menendang Lou Cheng sesekali dengan harapan membuatnya berhenti, tetapi dia berbaring dekat dengannya.

Kalau saja mereka tidak memiliki sedikit pun rasionalitas yang tersisa di mereka pada akhirnya, mereka akan sudah pindah ke tingkat berikutnya …

Sigh… Ketika cinta dan perasaan menebal ke suatu titik, akan sangat sulit untuk mengendalikan semuanya …

Saat adegan itu melintas kembali, wajah Yan Zheke menjadi sangat merah, menyembunyikan matanya dari Lou Cheng dan mencubitnya di sana-sini. Dia membungkuk, meraih pakaian dalamnya yang tergantung di pergelangan kakinya dengan tangan kanannya.

“Itu salahmu! Salahmu! ”Dia memberi Lou Cheng tiga pukulan dengan kekuatan tetapi tidak terlalu kuat.

Lou Cheng tersenyum, puas dan senang, mengingat kembali sensasi dan kegembiraan yang mereka miliki sebelumnya.

“Itu peri kecilku!” Liu Cheng berpikir sendiri sambil tersenyum.

“Kamu … Bagaimana bisa kamu …” Yan Zheke memindahkan tubuhnya sedikit menjauh darinya, sedikit takut.

“Bukankah Tong mengatakan setiap orang memiliki periode yang tidak responsif?”

“Batuk … Karena kamu sangat menarik dan aku benar-benar tertarik olehmu.” Lou Cheng telah menjadi pembicara yang sangat manis.

Yan Zheke menatap Lou Cheng dengan perasaan gembira dan jengkel yang campur aduk. Dia ingat bagaimana mereka mengubah posisi baru sehingga tidak tumpah di tubuhnya dan merasakan rasa sakit di kakinya. Dia menendang Lou Cheng. “Bawa baju tidurku! Saya perlu mandi. ”

“Aku sangat lengket di mana-mana.”

Lou Cheng mengangguk dengan gembira dan pergi telanjang untuk mengambil piyamanya dari sofa.

Yan Zheke meliriknya sekilas, lalu segera menutup matanya dan membenamkan wajahnya di antara bantal.

Dia mengenakan piyamanya di bawah selimut sebelum bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia tiba-tiba berhenti, takut memutar kepalanya. “Kamu … kamu yang membuat tempat tidur …”

“Ya, Pelatih Yan!” Jawab Lou Cheng sambil mencibir.

Yan Zheke memejamkan mata, santai di bawah air panas, memikirkan kembali apa yang baru saja terjadi. Dia masih agak panik karena berjalan begitu cepat. Tapi dia suka begitu akrab dengan Cheng.

Dia bertanya pada dirinya sendiri apakah dia siap untuk ini dan apakah dia yakin tentang hubungan ini. Dia sangat positif bahwa dia ingin menyerahkan dirinya sepenuhnya kepadanya.

Namun, dia memiliki ketakutan untuk hal yang belum dia alami. Dia takut hal-hal yang datang terlalu mudah tidak akan dihargai. Dia merasa takut bahwa gairah di antara mereka akan memudar dan perasaan yang mereka miliki satu sama lain akan berubah begitu mereka pindah ke tahap berikutnya. Dia takut semua yang tidak diketahui.

Dia memercayai Cheng, tetapi dia tidak bisa menyingkirkan ketakutan yang menariknya dari bergerak maju.

“Semua gadis terombang-ambing oleh pertimbangan untung dan rugi, bukan? ”

Setelah mandi, dia melangkah keluar dan mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia melihat ke kejauhan dan berkata kepada Lou Cheng dengan malu-malu,

“Sekarang giliranmu.”

“Ya. Aku akan mengeringkan rambutmu setelah mandi. ”Hati Lou Cheng sangat lembut.

“Ini hampir 11:30. Apakah Anda tidak melakukan latihan pagi Anda besok? “Yan Zheke berbalik dengan tatapan bingung.

“Aku akan melakukannya. Saya telah menghabiskan beberapa waktu di sini. Sedikit lebih lama tidak akan menjadi masalah. Kurang tidur selama sehari bukanlah masalah besar. ”Lou Cheng tersenyum cerah. “Saya tahu apa yang lebih penting. Heheh. ”

“Kamu tidak tahu apa-apa. Pergi dan mandi! ”Yan Zheke memutar matanya. Lesung pipi di pipinya begitu jelas.

Lou Cheng keluar dari kamar mandi dengan pengering rambut dan memasangnya. Yan Zheke duduk di sebelahnya. Dia dengan hati-hati meniup rambut panjangnya.

Yan Zheke duduk dengan anggun, matanya setengah tertutup, menikmati saat kelembutan dan kelembutan ini.

Lou Chen melihat selembar kain di tempat tidur dari sudut matanya dan bertanya tanpa berpikir,

“Apakah kamu tidak memakai bra?”

Yan Zheke menggembungkan pipinya dan menjawab dengan santai,

“Tidak nyaman untuk tidur dengannya.”

“Kamu dulu tidur dengan itu.” Lou Cheng sebenarnya bingung.

“Aku tidak benar-benar mengenalmu sebelumnya.” Yan Zheke tertawa kecil.

“Kamu tidak kenal aku? Kami berbagi ranjang … “Lou Cheng merasa geli. “Apakah kamu mengenal saya dengan cukup baik sekarang?”

“Tidak juga, tapi aku telah meninggalkan diriku sendiri,” jawab Yan Zheke. “Aku tidak tahu ada gadis yang suka tidur dengan bra-nya.”

Lou Cheng mengangguk. “Aku pikir aku baru saja mendapatkan pengetahuan baru.”

“Tentu saja. Aku Pelatihmu Yan! ”Yan Zheke memutar matanya dan berubah menjadi anak yang penasaran. “Cheng, aku punya pertanyaan untuk diajukan padamu. Apakah semua pria berbeda ketika mereka melakukan itu? Seperti orang cabul? Anda biasanya tenang dan sopan. Bagaimana Anda bisa berbicara seperti orang cabul? ”

Lou Cheng tertawa dan berdeham. “Itu sangat normal. Haruskah saya menjaga wajah saya lurus di tempat tidur? Haruskah aku mengucapkan slogan politik sambil menciummu? ”

“Hentikan … Jangan membuatku tertawa.” Yan Zheke menggedor tempat tidur dengan tangannya.

Itu setelah tengah malam ketika mereka selesai dengan rambutnya. Lou Cheng tertidur dengan Yan Zheke yang lembut dan lembut dan bangun jam 5:30 tanpa membangunkannya.

Lou Cheng menanamkan ciuman lembut di bibirnya setelah dengan hati-hati mengenakan pakaiannya dan mencuci wajahnya. Dia berjalan keluar dari ruangan, hatinya lembut dan hangat.

Matahari terbit sangat awal di ibukota. Awan merah sudah samar-samar terlihat di langit.

…

Dua hari kemudian, babak penyisihan grup turnamen berakhir dan panitia mengadakan upacara pengundian babak perempat final. Lou Cheng dan anggota timnya semua diundang ke arena sebagai tamu.

Kecuali beberapa pasang surut di Grup D, kelompok lain tidak ada yang mengejutkan. Bibit Shanbei, Ibu Kota, dan Guangnan, bersama dengan tim kelas dua Guoyang, Jinfeng, dan Jiuqu telah maju ke tahap berikutnya.

Menurut aturan, perempat final akan diselenggarakan dalam dua bagian dan pemenang kedua bagian akan saling berhadapan di pertandingan final. Dengan kata lain, empat tim di tempat pertama dari grup mereka akan dipisahkan menjadi dua divisi dan mereka berdua akan bertemu satu sama lain di semi-final kecuali terjadi kesalahan.

Setelah pidato singkat dan perkenalan, Fang Jinyu menarik tim pertama dari empat pemimpin kelompok.

“Klub Seni Bela Diri Universitas Songcheng!”

Err … Tanpa sadar, Lou Cheng dan Yan Zheke mengubah posisi duduk mereka, menantikan untuk mengetahui saingan mereka berikutnya dan menebak potensi musuh mereka di semi final.

“Klub Seni Bela Diri Universitas Jinfeng.” Fang Jinyu menarik saingan Universitas Songcheng ke perempat final dari tiga tim posisi kedua selain Huahai.

“Itu tidak akan membuat banyak perbedaan.” Lou Cheng tidak terlalu peduli. Dia terus mengawasi tamu kedua yang akan menarik pemimpin kelompok lain untuk bagian atas.

Setelah menunggu sebentar, tamu itu mengeluarkan sebuah bola dan menunjukkannya kepada hadirin sambil tersenyum.

“Klub Seni Bela Diri Capital College!”

Fiuh. Aku tahu kita tidak akan beruntung memiliki Guangnan … Lou Cheng dan Yan Zheke bertukar pandang, tidak benar-benar kecewa tetapi penuh keinginan untuk bertarung.

Kami akan menantang Ren Li dan rekan satu timnya.

Setengah bagian atas diselesaikan dan tim pertama untuk bagian bawah adalah:

“Klub Seni Bela Diri Universitas Shanbei!”

Dan saingan Shanbei adalah:

“Klub Seni Bela Diri Universitas Huahai!”

Ann Chaoyang bersandar di kursinya setelah mendengar pengumuman itu, setengah bersemangat dan setengah lega.

“Yah, ini bisa bagus.”

Ya, tidak buruk memiliki kesempatan untuk bertarung dengan saingan lama lagi tanpa terganggu oleh orang yang menjatuhkanku dari tahta.