Martial Arts Master - Chapter 198

Bab 198: Sebuah Pemikiran Tacit

Penerjemah: Editor Transn: Transn

Pada pukul 5:20 pagi, Lou Cheng secara alami bangun. Itu sedikit lebih awal dari jam biologis biasanya karena dia tidak tidur nyenyak sepanjang malam. Dia bermimpi, semua mimpi erotis terkait dengan Yan Zheke.

Mimpi erotis baik-baik saja, tetapi pada saat kritis, alam bawah sadarnya tampak berpikir ini salah dan memaksanya untuk menghentikan apa pun yang dia lakukan!

“Aku mengendalikan diriku dalam kenyataan dan juga dalam mimpiku … Bisakah ini benar-benar terjadi ?!” Lou Cheng diam-diam tersenyum. Untuk pertama kalinya, dia menyadari bahwa kekuatan kemauannya begitu kuat, bahkan bisa memengaruhi mimpinya.

Dengan hati-hati memikirkannya, dia merasa bahwa ini seharusnya disebabkan oleh alam bawah sadarnya. Dengan tubuh yang hangat dan lembut di lengannya, dia khawatir bahwa dia akan memiliki mimpi ‘basah’ dan bahwa mimpi itu akan tercermin dalam kenyataan. Jika dia secara tidak sadar menyentuh Yan Zheke, itu bisa mengakibatkan kesalahpahaman dan kebencian. Dia khawatir bahwa dia harus mengganti pakaian dalamnya di tengah malam dan meninggalkannya dengan kesan buruk. Jadi dia telah mengendalikan diri, bahkan dalam mimpinya.

Dia erat memegang pinggang Yan Zheke, merasakan kekasihnya di lengannya. Tapi dia memindahkan tubuh bagian bawahnya, karena dia tidak bisa mengendalikan ereksi paginya.

Tiba-tiba, dia menemukan bahwa posturnya sepertinya tidak berubah sepanjang malam. Dia selalu berbalik kepadanya, dan meringkuk untuk tidur, tenang dan terkendali.

“Dia juga malu dalam tidurnya, dan tidak berbalik?” Mulut Lou Cheng melengkung dan tersenyum. Tiba-tiba muncul sedikit pemahaman diam-diam di dalam hatinya.

Dia mendukung tubuh bagian atasnya sehingga dia bisa melihat wajah tidur Yan Zheke. Wajahnya cerah dan halus, mulutnya sedikit cemberut. Apakah karena khawatir, gembira atau keduanya?

Lou Cheng menikmati adegan ini selama beberapa menit sampai dia melihat Yan Zheke perlahan meraih, menyeka mulutnya, dan kemudian memasukkan jarinya ke mulutnya seperti bayi.

“Sangat lucu aku bisa meledak …” Pikiran Lou Cheng berputar-putar. Ketika dia akhirnya ingat untuk mengambil foto, dia merasakan tatapannya yang membakar. Dia bergerak dengan gelisah, membalikkan tubuhnya, dan perlahan bangun. Matanya dengan polos menatap Lou Cheng, sambil dengan tenang bertanya, “Jam berapa sekarang?”

“Pukul setengah lima …” Lou Cheng tidak akan mengatakan bahwa dia telah memandangnya selama hampir sepuluh menit.

Mata Yan Zheke berangsur-angsur menjadi lebih waspada dan dia berkata,

“Kamu bisa mencuci dulu. Saya ingin berbohong lebih lama. Tempat tidur telah menculik saya. ”

Lou Cheng belum pernah melihatnya seperti ini sebelumnya. Hatinya terasa seperti meledak. Dia memperhatikan posturnya, bagaimana dia mengulurkan lengannya dan mengubur kepalanya.

Sadar akan bayangan yang menghalangi cahaya, wajah Yan Zheke menunjukkan semburat merah samar. Dia menutup matanya, dengan malas mengulurkan tangannya dan memegang leher Lou Cheng seperti anak kecil yang ingin pelukan.

Empat bibir terhubung, pertama lembut, dan kemudian bersemangat. Lidahnya datang dan pergi setelah Lou Cheng mengisapnya.

Tangan Lou Cheng menempel di tempat tidur, takut akan gerakan sekecil apa pun. Karena setelah semalam piyamanya berantakan, menampakkan banyak kulit putih salju. Dia takut dia tidak akan bisa mengendalikan diri jika dia menyentuhnya.

Tanpa tahu berapa banyak waktu telah berlalu, Lou Cheng mengangkat kepalanya. Melihat wajahnya yang menawan dan pemalu, dengan bibir yang basah dan merah dan mata yang menyenangkan, dia menciumnya sekali lagi.

Yan Zheke sekali lagi memejamkan mata, tetapi mendapati pacarnya tidak terlalu dalam tapi hanya mencium ringan ciuman terakhir mereka.

Perasaan hangat muncul secara spontan dari hatinya. Dia membuka matanya. Dia menatap Lou Cheng, yang juga memandangnya. Dengan rasa malu, dia berkata, “Selamat pagi.”

“Selamat pagi.” Lou Cheng bangkit dengan susah payah. Dia mengeluarkan setelan seni bela diri dan pergi ke kamar mandi. Setelah berubah, dia keluar dengan semangat tinggi. Yan Zheke sedang duduk di tempat tidur. Rambut hitamnya longgar, dan dia menatapnya dengan lembut namun aneh.

“Ada apa?” Tanya Lou Cheng dengan bingung.

Yan Zheke tampaknya telah pulih. Dia mengikat rambutnya, tampak murni dan polos, dia menggelengkan kepalanya.

“Tidak ada.”

Dia bergegas keluar dari tempat tidur dan membuka koper. Memegang banyak hal, dia pergi ke kamar mandi dan mengunci pintu. Dia hanya menunjukkan senyum malu.

Dia tidak akan memberi tahu Lou Cheng bahwa sejak bangun sampai sekarang dia merasa nyaman, seperti pasangan tua!

…

Latihan pagi dimulai sepuluh menit lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga latihan berakhir tertunda. Ketika dia mengunjungi kios-kios awal bersama Yan Zheke, Lou Cheng menemukan bahwa dia hidup seperti rusa, yang belum pernah ditunjukkannya sebelumnya.

“Ayo makan nasi pangsit! Saya terutama ingin makan ini, oke? ” Yan Zheke memegang lengan Lou Cheng, kata tanpa daya.

“Baiklah, baiklah!” Bagaimana mungkin Lou Cheng menolak permintaan seperti itu?

Duduk, dia punya pangsit daging dan pangsit nasi. Lou Cheng menggandakan makanannya.

“Aku dulu ingin makan nasi pangsit di luar, tapi sayangnya aku tidak pernah punya kesempatan.” Yan Zheke tersenyum.

Lou Cheng tergoda. “Maksudmu kue beras di luar sekolah menengah pertama?”

Ini benar-benar sesuatu yang mereka bagikan karena pengalaman sekolah menengah umum mereka.

“Benar, Anda sudah memakannya?” Yan Zheke mengangguk terkejut.

“Ini sangat terkenal, bagaimana mungkin aku tidak memakannya? Saya melewati setiap hari. Saya suka pangsit nasi ketan mereka dengan saus cabai dan berbagai bumbu setelah itu adalah pangsit nasi ketan dengan gula merah. Ketika saya bosan dengan itu, maka saya akan makan daging dan nasi pangsit. “Lou Cheng mengingat masa-masa sekolah awalnya.

“Yah, banyak orang di kelas kami mengatakan ini bagus. Saya terutama ingin makan itu. Tetapi setiap hari ibu membuatkan saya sarapan, dan selera makan saya kecil, jadi saya tidak pernah punya kesempatan. ”Yan Zheke berkata dengan sedih.

Lou Cheng menyeringai dan segera menjawab, “Sebenarnya, pangsit goreng dari kantin sekolah menengah No.1 juga sangat lezat. Siomay berwarna kuning keemasan, sedangkan di dalam dagingnya sangat empuk. Mereka terutama harum. ”

Toko pangsit beras itu masih terbuka. Selama liburan musim panas, ia akan memanfaatkan latihan paginya untuk membeli beberapa. Dia akan mengantarkan sarapan untuk Yan Zheke seperti tukang pos!

“Aku sudah makan ini sebelumnya! Suatu kali Song Li membeli tas, jadi saya mencoba satu, dan kemudian saya tidak bisa berhenti … ”Yan Zheke menjawab dengan bersemangat seolah menemukan sesama pelahap.

Mereka berbicara dengan gembira. Mereka sarapan yang menyenangkan dan menyenangkan. Yan Zheke jarang makan di warung pinggir jalan, tapi sekarang dia dengan senang hati memasukkan wajahnya.

Ketika mereka kembali ke hotel dan melangkah ke lobi, Yan Zheke tiba-tiba berhenti setelah dua langkah. Dia berbalik untuk melihat ke samping, dengan pipinya memerah.

Matanya melihat sekeliling, katanya dengan nada biasa,

“Cheng, buang-buang uang untuk meninggalkan kamarmu kosong …”

Bukankah harganya ratusan yuan?

Bingung sejenak, Lou Cheng perlahan menyadari maknanya dan berkata sambil tersenyum, “Benar!” Aku akan pergi memeriksa sekarang! ”

Aku punya tempat untuk tidur malam ini!

Melihat Lou Cheng ingin membawanya ke meja depan, Yan Zheke malu dan cemas. Dia tiba-tiba melepaskan tangannya dan berlari ke lift dalam sekejap, hanya menyisakan rasa malu di belakang.

“Kamu pergi sendiri!”

Lou Cheng berencana untuk check out dan membawa kartu kamar. Saat ini, dia menatap punggung gadis itu sambil tersenyum dan pergi ke meja depan.

“Checkout.” Dia menyerahkan kartu kamar.

Pelayan meja depan mengambilnya, menggeseknya, dan melihat dengan cermat.

“Apakah ini kamar ini?”

“Itu benar.” Lou Cheng tiba-tiba merasa sedikit malu.

Sepertinya mereka akan tidur di ranjang yang sama …

Pelayan meja depan telah sering melihat ini, jadi dia diam-diam dan diam-diam mengirim orang untuk memeriksa kamar, dan kemudian menyelesaikan checkout.

Dia telah membayar selama dua hari sehingga Lou Cheng menghela nafas, merasakan wajahnya menjadi sedikit panas.

Selanjutnya, dia dan Yan Zheke pergi ke kota kuno terdekat dan membeli beberapa makanan khusus, berbelanja di sekitar berbagai ruko tua.

Karena pakaian tradisional Tiongkok pada Yan Zheke tampak luar biasa, Lou Cheng awalnya berpikir untuk membawanya untuk mencoba berbagai pakaian klasik dari dinasti sebelumnya di kota kuno. Tapi kualitasnya terlalu jelek. Pakaian-pakaian itu disatukan dengan santai, jadi dia tidak menyukainya. Akhirnya mereka memilih untuk menyerah. Yan Zheke berjanji pada Lou Cheng bahwa setelah kembali ke Xiushan, dia akan mengenakan semua pakaian tradisional China untuk dilihatnya.

Pada sore hari, mereka mengikuti rencana Lou Cheng dan pergi ke villa rekreasi terdekat. Pertama memancing, barbekyu. Selama waktu ini, Yan Zheke menjadi lebih santai di depan Lou Cheng dan menunjukkan sisinya yang bersemangat.

Ketika dia menemukan Keterampilan Mendengarkan pacarnya dapat digunakan saat memancing, dia menggunakan trik licik dari waktu ke waktu untuk memastikan bahwa dia akan menjadi pemenang akhir. Juga selama barbekyu, dia menggali “energi barbekyu kecil”!

Pada akhirnya, dengan wajah kemerahan, dia duduk di kursinya dengan sedikit keringat di dahinya, mengawasi Lou Cheng terus memanggang. Dia benar bisa menggunakan panas tungku. Dia memperhatikan Lou Cheng menyiapkan barang-barang, lalu dia mendekatinya, mengambil handuk kertas, membungkuk dan menyeka wajahnya sedikit demi sedikit.

Sejenak, Yan Zheke merasa mabuk.

Waktu liburan berlalu. Lou Cheng merasakan suka maupun duka saat senja berlalu. Dia menginginkan perasaan ini setiap hari dan setiap malam. Jika dia hanya bisa memegang Yan Zheke, mencium aroma tubuhnya, merasakan tubuhnya, membicarakan berbagai hal menarik dengannya, mengenang masa lalu, dan memikirkan masa depan, hidup akan sempurna!

Pada pukul setengah dua sore pada tanggal 3, keduanya duduk di kereta peluru untuk kembali ke Songcheng. Sambil memegang tangan satu sama lain, mereka merasakan hubungan lembut di hati mereka untuk pertama kalinya.

Merasa pacarnya meringkuk di sampingnya, Lou Cheng mengingat kenangan dari tur. Setiap detail sangat berharga untuk diingat. Komunikasi mendalam mereka telah membuat hati mereka terasa lebih dekat.

Jika ciuman dangkal menjadi ciuman yang dalam adalah kemajuan fisik dalam cinta, maka ini adalah kemajuan yang serupa di tingkat spiritual dan emosional.

Pada saat ini, dia punya ide.

“Undian untuk babak sistem gugur akan diterbitkan besok … Dan bonus siaran akan segera dikirimkan …”

“Pada saat itu, aku akan mengirim cincin ke Ke …”

Ini adalah janji seumur hidup.

Yan Zheke bersandar pada pacarnya, memegang senyum yang dangkal, dan matanya mengalir dengan warna dan pikiran.

“Ketika bonus siarannya dikirimkan, aku akan mengajak Cheng membeli cincin. Dia mengirim saya satu, saya mengirim satu … ”

Pipi putihnya tiba-tiba memerah, karena dia entah bagaimana memikirkan sebuah ungkapan.

Berpasangan, berpasangan.