Legend of the Supreme Soldier - Chapter 358

Babak 358: Pertempuran III

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Begitu orang-orang masuk ke pesawat ruang angkasa, mereka terus berlari. Tidak ada waktu untuk dihabiskan. Mereka sangat menyadari situasi – jika Ye Chong terlibat dalam sesuatu, mereka akan menjadi bagian dari itu juga. Meskipun sebagian besar dari mereka datang hanya di bawah ancaman Ye Chong, mereka bekerja keras, berusaha untuk membantu sekutu mereka yang jatuh, termasuk anak kecil yang menggigit bibirnya dengan batu.

“Semuanya. Bersiaplah di posisi Anda,” perintah bocah itu. “Sister Bing, prosesor utama.” Dan dia berlari ke prosesor dengan kecepatan maksimumnya, ketika tumpukan afterimages menelusuri sprint-nya. Dia kemudian menempatkan anak laki-laki di depan prosesor utama.

Bocah laki-laki itu kemudian dengan cepat mem-boot sistem, sementara orang-orang yang tersisa melakukan tugasnya.

“Pemeriksaan.”

“Semua sistem ventilasi udara: normal.”

“Sistem mesin: operasional.”

“Sistem deteksi: operasional.”

Dia menerima beberapa notifikasi di layar, ketika jari-jarinya dengan canggung memainkan program itu.

“Program Pra-keberangkatan Pesawat Luar Angkasa: Diaktifkan.”

“Menghitung energi yang tersisa. Melakukan perhitungan yang dioptimalkan. Sistem siap lepas landas.”

Tugas terakhir sebelum lepas landas telah selesai dengan segera. Semua orang berkonsentrasi memegang kemudi mereka, karena lepas landas bisa menjadi serumit yang dibayangkan pesawat terbang. Untuk itu diperlukan koordinasi lintas kapal. Tugas-tugas telah diselesaikan dengan sempurna sejauh ini. Jadi akan baik-baik saja untuk lepas landas.

“Lanjut-”

*Berbunyi*

*Berbunyi*

“Peringatan.”

Itu bukan kata yang baik untuk didengar.

“Peringatan. Level Energi yang tersisa kurang dari 8%. Energi yang tersisa: Tidak cukup. Energi yang tersisa: Tidak cukup. Permintaan tidak dapat diselesaikan,” kata sistem bersuara malaikat.

Wajah Rui Bing terkuras.

…

Celana

Pant Pant …

Ye Chong menarik napas. Udara yang dipenuhi Night Enchantment sedikit manis, namun itu menghanguskan tenggorokannya setiap kali dia bernapas. Keringat menggulung tubuhnya yang berdarah. Dia terengah-engah. Ekspresinya masih, namun ada darah di sudut bibirnya, bersama dengan goresan di tubuhnya. Orang-orang kagum dengan vitalitasnya – itulah satu-satunya yang bisa mereka lakukan karena terhambat oleh kabut Night Enchantment.

“Saya punya ide!” Tepat ketika mereka merasa tak berdaya menghadapi situasi itu, seorang jenius memberi ide, “Lemparkan senjatamu padanya!”

Oh tidak.

Ye Chong mengenali suara dalang itu! Suara itu adalah pembunuh. Dia dengan cepat bereaksi dengan jatuh di tanah tepat setelah pernyataan itu diucapkan.

Dia harus berlari, dia harus berlari cepat.

Tetapi staminanya berada di bawah tingkat aman dan dia dikelilingi oleh segerombolan penyerang. Dia curiga jika dia bisa bertahan bahkan satu menit jika mereka meluncurkan serangan mereka lagi …

Penduduk desa mulai melemparkan senjata mereka ke Ye Chong. Dentingan tajam terdengar di semua tempat saat senjata menghujani tanah.

Ye Chong menekan tanah dengan kedua tangan dan lututnya, berguling dan memantul seperti pinball.

Senjata menembus tanah berpasir.

Ye Chong senang dia bertindak cepat atau dia akan berubah menjadi landak mati.

Ye Chong membuat jatuh lagi untuk memposisikan dirinya dan menemukan satu tempat kosong itu, dia melemparkan senjatanya yang terbang melalui celah yang sangat.

Lengan Ye Chong memompa secara dramatis dalam ritme, lalu gelombang yang tak terlihat terbang bersama. Gagang tombak itu tiba-tiba bergidik!

Kerumunan yang menyelimuti tombak terbang itu merasakan kekuatan menghantam mereka, saat mereka jatuh ke tanah.

“Apa apaan!” Kutukan terdengar lagi.

Dan Ye Chong telah membuat celah untuk dirinya sendiri. Dia kemudian terbang ke kerumunan yang marah, meraih tombak dan pergi ke sisi lain jalan – arah yang berlawanan dengan tempat para penjaga.

Ye Chong tahu langkah yang tepat dalam pertarungan orang banyak. Semakin rumit lingkungannya, semakin baik dia bisa bertindak. Otak dan tubuhnya memungkinkannya untuk bertahan hidup. Dia memilih area yang paling ramai dan bergerak tak terduga untuk memastikan bahwa dia tidak akan terjebak lagi.

Garis-garis biru muncul di matanya lagi, mereka menari ketika matanya bergerak.

Potensinya meningkat lagi ketika situasi menekan.

Matanya tidak berjiwa. Dia melihat target tanpa ekspresi. Garis biru membentuk sudut terbaik untuk menyerang untuknya. Dia sudah kehilangan kemanusiaannya, itu semua untuk bertahan hidup atau tidak sama sekali. Visual strategi yang rumit secara geometris, serangan kasar namun tanpa cela, perhitungan yang terlalu logis, ini menjadikan Ye Chong mesin pembunuh ketika keliaran dan ketidakmanusiawian menelannya. Logis tapi tidak logis.

…

“Apakah kamu yakin tidak bergerak?” tanya nyonya itu dengan suara bergetar, ketika matanya yang tegang memandangi penduduk desa yang sedang sekarat. Hatinya sakit, dia tidak pernah mengalami pembantaian seperti ini. Dia mengira Ye Chong akan tetap menjadi manusia, bahwa dia akan jatuh pada titik tertentu tetapi dia baru saja kehilangan kendali.

Orang tua itu acuh tak acuh, “Jaga kewarasanmu di sana dan jangan habiskan waktumu di sini bersamaku. Kamu tidak punya banyak waktu. Kamu harus turun dan mencoba mendapatkan kembali kendali atas situasi, bukan bernegosiasi denganku.”

Nyonya itu menggigit bibirnya, karena matanya dipenuhi kekecewaan. Beberapa detik berlalu tanpa bersuara dan dia menghambur keluar dari gedung.

Orang tua kemudian menatap Ye Chong. Matanya entah bagaimana menyala dengan hasrat yang tak terlukiskan.

Ye Chong cepat, sementara dia gesit. Dia hanya membutuhkan ruang kecil itu untuk melakukan serangan ledakan mendadak. Kecepatannya membuatnya lebih tak terduga, tak terkendali. Dengan tombak Ye Chong biasanya banteng di toko Wang, bahwa orang-orang mungkin akan hancur saat dihubungi.

Dia kuat dan tanpa ampun. Gerakannya menyakitkan dan pembunuhan. Kerumunan tidak lagi maniak dan haus darah seperti sebelumnya, tubuh mereka menegang ketika mereka mulai menahan diri.

Berapa banyak orang yang telah dia bunuh? Ye Chong sudah kehilangan hitungan. Dia hanya merasakan berat yang tumbuh di lengannya bersama dengan napasnya yang cepat. Tubuhnya semakin parah dan dia tidak melihat pesawat ruang angkasa datang kepadanya dalam waktu dekat. Rasanya sangat putus asa bahwa ia mungkin kehilangan harapan di beberapa titik jika ia belum mengalami yang mati-atau-hidup sebelumnya.

Ye Chong tidak menyerah. Dia tidak akan menyerah sampai saat-saat terakhir, jadi dia akan meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup secara maksimal! Kapal itu tidak datang, tetapi itu tidak berarti kapal itu tidak akan pernah datang, mungkin Rui Bing dan orang-orang telah mengalami beberapa masalah …

Itu akan menjadi skenario terburuk, tidak diinginkan namun paling mungkin. Rui Bing masih akan datang untuknya … suatu mekanisme bisa saja cukup baik.

Lalu, haruskah ada kecelakaan !?

Ye Chong mulai menghitung sisa waktu yang dia bisa berdiri.

Tidak ada waktu, dia harus keluar dari sini!

Dalam 0,1 detik, keputusan telah dibuat.

Tombaknya menusuk tenggorokan seorang penduduk desa, yang bola matanya muncul kesakitan dengan hushes dari perjuangan sekarat saat ia melambaikan anggota tubuhnya yang lemah.

Guyuran.

Tenggorokannya meledak.

Ye Chong menghilang.

Darah berceceran pada ekspresi ketakutan orang-orang.

Ye Chong mempercepat hingga maksimum dan mengatasi kerumunan. Dia berlari, menuju jalan rumah, meninggalkan beberapa puluh mayat di tanah di belakang.

Pelarian lain, hidup-mati atau hidup. Dia adalah greenhorn yang tidak tahu bagaimana melarikan diri pada awalnya, dan sekarang dia telah menjadi mahir pelarian.

Sepertinya dia akan melarikan diri selamanya. Yang berbakat tidak akan pernah pergi tanpa disadari ya?

Begitu dia sampai di jalan ini, dia bisa lolos dari nasib dikepung dari waktu ke waktu. Yah, setidaknya, pengepungan terdiri dari jumlah orang yang lebih sedikit, yang lebih mudah dikelola. Dia telah tinggal cukup lama untuk mengetahui tata letak geografis tempat itu.

Dan saat itulah terdengar raungan di belakang, “Kamu pikir kamu mau ke mana?”

Suara menusuk menusuk jiwanya.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.