Grandson of the Holy Emperor is a Necromancer - Chapter 341

Chapter 341: 179. The Frost Giant -2 (Part One)

Diterjemahkan oleh A Passing Wanderer

Diedit oleh RED

Otot-otot di sekitar mata Frost Giant Hrímr bergerak-gerak tanpa suara. Makhluk itu meraih pedang tulang emas yang menusuk dadanya dengan kedua tangannya.

-Berani-beraninya sekantong tulang busuk…! –

Rasa dingin yang membekukan jiwa meresap ke dalam pedang besar itu, membekukannya seketika.

Frost Giant dengan paksa menarik senjata emas besar itu dari dadanya. Baik Hrímr dan Raja Tengkorak didorong mundur, lengan mereka gemetar goyah, seolah-olah mereka menderita kejang.

Pedang tulang emas ditarik keluar, dan salju serta air meledak keluar melalui luka terbuka di dada Raksasa Embun Beku seperti air terjun yang kuat.

Adegan itu membuatku tidak bisa berkata-kata.

Skeleton King saya kehilangan kekuatan fisik?

Hrímr tiba-tiba memuntahkan seteguk penuh air meleleh, serpihan es bercampur di dalamnya. Wajahnya berubah menjadi ekspresi kesakitan, menunjukkan bahwa itu telah mengalami kerusakan yang cukup parah.

“Donn,” aku berseru, dan Raja Tengkorak menatapku di tanah.

Aku meletakkan tanganku di tulang punggung undead besar yang masih terbenam di danau air suci, lalu menyuntikkan keilahianku. Alat malaikat di sekitar pergelangan tangan saya memperkuat keilahian saya secara signifikan.

“Singkirkan benda itu.”

-Seperti yang Anda perintahkan, tuan.-

Tangan Raja Tengkorak, masih memegangi pergelangan kaki Hrímr, melepaskan cengkeramannya, dan meraih pedang tulang emas sebagai gantinya. Sejumlah besar dewa melakukan perjalanan di sepanjang keempat lengannya untuk memasuki senjata besar itu.

Hrímr tersentak kaget dan berteriak keras, -Anda bajingan mengerikan! –

Raja Tengkorak menarik pedangnya kembali sebelum dengan kejam mengayunkannya secara diagonal. Frost Giant melompat tepat pada waktunya.

Makhluk besar itu melayang di udara, selusin lebih meter di udara, menciptakan jarak lebih dari seratus meter antara dirinya dan lawannya seperti yang dilakukannya. Dalam prosesnya, pusat kota dihancurkan sama sekali.

-Fuu-woo… –

Hrímr menghembuskan nafas tebal yang dibekukan dengan embun beku, dan menatap jari-jarinya yang terputus. Kemudian ia mulai menggertakkan gigi sedingin es karena marah. -Kau bajingan terkutuk! – itu meraung, hanya untuk berhenti sejenak setelah menyadari bahwa Raja Tengkorak belum bergerak.

Ketika undead raksasa terus berada di tempat yang sama, Frost Giant tersentak dari keadaan linglung dengan agak cepat dan menatap ke arah danau air suci, sebuah cibiran menyebar di bibirnya.

-Aha, jadi kamu bahkan tidak bisa pindah dari tempat itu? Namun Anda ingin melawan saya?! –

Hrímr tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa Raja Tengkorak tidak bisa keluar dari danau air suci.

Undead raksasa itu melihat ke bawah dan sambil menatap danau yang berisi tubuhnya, rahangnya yang kurus terbuka.

-Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya, oh Raja Es! – Raja Tengkorak mencelupkan tangannya ke bawah permukaan danau air suci. -Karena tubuhku ini bisa bepergian kemanapun aku mau! –

Undead mengayunkan lengannya dan mulai memercikkan air suci ke sekelilingnya. Itu seperti tsunami air suci yang menyapu pemandangan kota sekitarnya.

Setelah danau air suci menyebar ke seluruh kota, Raja Tengkorak terjun ke bawah permukaan, menghilang dari pandangan.

Lalu…

Hrímr segera berbalik dan mengayunkan lengannya dengan kuat. Lengannya yang membeku menghantam pedang tulang emas yang ditembakkan dari permukaan air suci.

-… !!! –

Hrímr dengan hati-hati mengamati sekelilingnya. Permukaan air suci terus bergelombang, berputar-putar di sekitar Frost Giant.

Pedang tulang emas ditembakkan dari permukaan sekali lagi, menusuk raksasa yang terbuat dari es dan salju.

Bilah besar itu bergemerincing di lengan yang membeku, menyebarkan pecahan es ke mana-mana.

Kedua ‘kaijus’ itu sekarang bertengkar di sana. Kupikir akan baik-baik saja membiarkan Raja Tengkorak menangani Hrímr untuk saat ini.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menatap benteng yang runtuh. Saya melompat dan berlari ke dinding struktur itu. Saya mendarat di salah satu koridor yang rusak dan akhirnya menemukan Raja Zayner dan Runan.

“K-Yang Mulia Kaisar ?! A-apa yang sebenarnya terjadi di luar…? ”

Dia sepertinya terlalu linglung saat ini, tidak dapat memproses apa pun. Aku menginjak lantai, menyebabkan tulang tumbuh keluar dari jurang koridor yang rusak, menciptakan jembatan dadakan. “Cepat dan kabur.”

“…”

Untuk sesaat di sana dia tampak ragu-ragu tentang sesuatu, tetapi segera, ekspresi tekad terbentuk di wajahnya. Dia meraih tangan Runan dan berlari di atas jembatan. Sebelum menghilang dari pandangan, dia berkata, “Kami berdoa agar keberuntungan perang menyertai Anda.”

“Sama denganmu.”

Dia sepertinya tahu bahwa baik dia maupun Runan tidak akan banyak membantu di sini dan buru-buru mengevakuasi tempat ini. Butler Klare juga menundukkan kepalanya ke arahku dan mengejar duo yang melarikan diri itu.

Saya mengambil senapan saya dan menghirupnya. Target saya jelas-jelas Hrímr. Aku harus memukul kepala bajingan itu lagi.

Tapi, saat aku membidik Frost Giant…

Rasa dingin yang menyeramkan ini tiba-tiba merambat di punggungku dan aku buru-buru menoleh ke kiri. Sebuah batu besar terbang ke arahku.

“Oh, sh…!”

Sial!

Aku menyentakkan moncongnya dan menarik pelatuknya. Peluru suci menghantam batu besar itu dengan bersih, menghancurkannya berkeping-keping. Sekalipun demikian, puing-puing masih membawa momentum batuan, dan ledakan ditambahkan di atasnya. Pecahan peluru tersebar di area yang luas, langsung menghantam seluruh benteng.

Kastil yang sudah rusak runtuh dan semakin hancur. Retakan yang tampak berbahaya mengalir melalui lantai tempat saya berdiri, membuat saya kehilangan keseimbangan. Saya hampir jatuh dengan cepat ke tanah yang jauh di bawah, tetapi berhasil meraih dinding yang rusak di dekatnya tepat waktu.

Ketika saya melihat sekeliling saya…

-Bunuh serangga itu, sekarang! –

Jötnar lain bergabung dalam pertempuran sekarang, ukurannya mulai dari delapan hingga lima belas meter. Ada sekitar lima puluh dari mereka juga.

Semuanya memiliki tubuh humanoid. Mungkin mereka dipengaruhi oleh Frost Giant atau semacamnya, karena semua pengisap ini juga mengenakan pelindung es.

Jika ada satu perbedaan penting antara mereka dan Hrímr, maka itu pasti fakta bahwa mereka adalah makhluk hidup yang sebenarnya dengan darah yang mengalir melalui pembuluh darah mereka. Mereka mirip dengan bagaimana manusia jika mereka secara paksa diperbesar hingga ukuran seperti itu.

“… Sobat, kamu tidak ingin membuatnya mudah, ya!”

Inilah saat di mana saya benar-benar mulai merindukan hari-hari damai selama lima tahun terakhir.

-Ku-ooooooh! – Jötnar meraung dan mulai bergegas ke lokasi saya. Mereka juga tidak lupa membuang semua batu besar itu dengan cara saya.

Aku buru-buru melompat dan bergegas ke atas dinding benteng saat keringat dingin membanjiri wajahku.

Aku berlari ke atas dan ke atas menuju puncak benteng, karena hidupku bergantung padanya. Ke mana pun kakiku melaju dengan akurat tertabrak batu besar yang terbang masuk. Puing-puing benteng menari dan jatuh ke arahku, dan aku nyaris berhasil menghindarinya.

Aku ingin sekali memanggil sejumlah besar undead suci dan memukul bajingan raksasa itu dengan mereka, tapi itu akan membuat mempertahankan pemanggilan Raja Tengkorak menjadi cukup sulit. Selain itu, undead suci biasa tidak akan bisa bertarung melawan Jötnar.

Jika itu Rahamma, Kasim, atau Nasus, maka itu mungkin bisa dilakukan…

“Tapi masalah terbesar di sini adalah beban memanggil mereka akan menjadi terlalu berat.”

Benar, jika saja Alice ada di sini untuk memberiku Resonansinya. Itu akan sangat bagus…

LEDAKAN-!

Benteng itu berguncang dengan goyah. Saya melihat ke bawah dan melihat raksasa sialan itu mulai memanjat sisi bangunan yang runtuh.

Aku membidik para bajingan itu dan menarik pelatuknya.

Seekor Jötunn, kepalanya menembus hingga bersih, jatuh dari sisi kastil dan jatuh ke tanah.

“… Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan detail-detail kecil, kurasa!”

Saya pasti akan dengan senang hati menolak kesempatan untuk menjadi pasta daging yang dihaluskan dengan baik berkat upaya pemijatan raksasa. Aku akhirnya mencapai puncak benteng, lalu tanpa ragu memanggil tiga keberadaan undead.

“Rahamma.”

Pertama, mantan raja Aslan yang tak terbantahkan.

“Kasim.”

Selanjutnya, mantan penerus gelar Raja Pedang.

Nasus.

Dan akhirnya, mantan malaikat maut Aslan.

Rahamma, dibalut baju besi hitam pekatnya, dipanggil ke tempat terbuka sambil memegang tongkatnya yang besar, sementara Kasim dengan baju besi emasnya yang berkilauan memegang pedang besarnya dan memegangi kepalanya dengan bangga.

Nasus, tersembunyi di balik jubah dan tudungnya, muncul terakhir saat mengangkat senapannya, menatap Jötnar di bawah.

Raksasa terkejut konyol dan berhenti memanjat saat itu, ekspresi mereka mengeras.

Itu tidak terlalu mengejutkan, karena bahkan aku dulu tidak takut pada trio ini ketika mereka tidak ada di sisiku. Saya pikir ceritanya tidak akan terlalu berbeda dengan Jötnar juga.

-Oh, tuanku.-

-Berikan kami… –

-Komando, karena kami akan melaksanakannya.-

Tiga undead bertanya kepada saya secara serempak, jadi saya menjawab dengan sepatutnya kepada mereka, “Buru Jötnar ini. Dengan sedikit kerusakan pada tubuh mereka juga. ”

Tiga undead saya melompat dari atas benteng menuju Jötnar di bawah.

Pada waktu bersamaan…

[Yang Mulia.]

Saya berhenti sejenak. Kata-kata itu secara langsung dikirim ke otak saya membuat saya menoleh, dan mata saya secara bertahap terbuka lebar.

[Di bawah perintah Anda, kami akhirnya mencapai tujuan kami, Yang Mulia.]

Aku terkekeh melihat laporan itu. “Sungguh sekarang, dia salah satu anak yang rajin, oke.”

Kemudian saya mengaktifkan Aztal Rune.

**

(TL: Dalam sudut pandang orang ke-3.)

Hrímr mendengus kesakitan.

Bang-!

Pelindung es di punggungnya terbelah.

BANG-!

Sebuah sayatan pedang yang dalam terbuka di lengan besarnya yang terbuat dari es.

BAAANG-!

Akhirnya, Hrímr goyah dan jatuh berlutut, tubuhnya penuh luka. Ia menggunakan tangannya yang besar untuk melindungi kepalanya dan meringkuk di tanah.

Makhluk itu dikelilingi di semua sisi oleh arus air suci yang berputar-putar. Raja Tengkorak berada di suatu tempat di bawah permukaan air, memilih untuk menusukkan dan menikam pedang tulang emasnya ke raksasa dari tempat persembunyiannya yang aman.

Rasanya seperti Hrímr telah terperangkap di dalam tornado pisau sekarang.

‘Kalau terus begini, aku pasti akan dibunuh!’

Sebenarnya apa identitas lawannya?

Apakah itu Jötunn? Tidak, itu tidak mungkin, itu pasti jenis keberadaan yang berbeda.

Mungkinkah itu makhluk dari Alam Roh? Jika tidak, mungkinkah Api Penyucian?

Hrímr tidak punya cara untuk mengetahuinya. Tapi sekali lagi, tidak perlu mencari tahu juga.

Tidak ada keraguan pada saat ini. Lawan yang undead, Raja Vampir atau apapun dia menyebut dirinya, telah memohon pada raksasa untuk membunuh, target balas dendam pria itu … makhluk tulang raksasa ini pasti salah satunya!

Tanpa diragukan lagi, Raja Vampir itu kuat. Meskipun dia bertarung melawan tiga raja raksasa pada saat yang sama, dia masih berhasil memberikan berbagai luka kecil dan besar pada para raksasa.

Juga tanpa diragukan lagi, masuk akal bagi seorang Vampir untuk kalah melawan makhluk tulang semacam ini.

‘Namun, itu tidak berarti aku akan kalah seperti ini!’

Jika Hrímr merasakan kekalahan hari ini dan melarikan diri dengan ekor di antara kedua kakinya, maka itu pasti akan menjadi bahan tertawaan bagi raja-raja lainnya.

Hrímr melihat lagi permukaan air suci yang beriak. Raksasa tulang itu bergerak menggunakan itu. Karena itu masalahnya, akan menjadi ide yang bagus untuk menyingkirkan rute perjalanan raksasa tulang itu!

-Oraaa! – Hrímr mengeluarkan raungan semangat, dan memasukkan kedua tangannya ke dalam air suci sebelum mengeluarkan aura dingin yang menusuk tulang. Permukaan air suci yang berputar-putar dan beriak di sekitar makhluk itu langsung membeku.

Pada saat yang sama, tangan Raja Tengkorak yang keluar dari permukaan air juga terhenti.

‘Bersalju!’

Hrímr dengan cepat membuat jarak. Ia membuka mulutnya dan memasukkan tangan kanannya ke dalam tenggorokannya. Ia mengeluarkan tombak es dari dalam, tapi kemudian, ia juga mendorong tangan kirinya ke dalam dan mencabut tombak identik lainnya!

Setelah memegang kedua tombak itu dengan aman, Hrímr melompat ke udara.

-Ahaha! Cobalah untuk memblokir ini, Raja Tengkorak tersayang! –

> Baca Novel Selengkapnya di Novelku.id <<<