Assassin’s Chronicle - Chapter 534

Bab 534: Penculikan

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

Ketika akhir mendekati, Edward yang Kedelapan tumbuh semakin sembrono. Dia menghabiskan sebagian besar harinya dengan mabuk, dan sebagian besar malamnya dengan wanita. Dia berhenti peduli dengan reputasinya, karena dia tahu bahwa dia tidak akan tetap berkuasa lama. Perilakunya mulai mempengaruhi anggota istananya juga. Para bangsawan bahkan lebih gila daripada penguasa mereka.

Tidak ada yang mencoba menghentikan Edward yang Kedelapan, atau mencoba memerintah bangsa. Jika semua pria harus mati, maka mereka mungkin juga melakukan beberapa hal yang biasanya tidak mereka lakukan. Edward Kedelapan terlibat dalam kegilaan ini karena dia tahu bahwa tidak ada gunanya berjuang lagi. Ibukota Diamond City mulai mengikuti keturunan raja ke dalam kekacauan juga. Seluruh kota telah meninggalkan tugasnya untuk mencari kesenangan saja.

Di rumah seorang bangsawan, sebuah pesta sedang berlangsung. Kecuali Edward yang Kedelapan, hampir semua pejabat penting pemerintah dan bangsawan hadir. Beberapa pria muda mengobrol di sudut taman. Biasanya, para pemuda ini tidak akan diundang ke pesta seperti ini. Namun, pada titik ini, tidak ada yang peduli tentang formalitas. Alasan lain untuk undangan itu, adalah bahwa para pemuda ini sangat populer di kalangan bangsawan belakangan ini. Tidak peduli apa, para pemuda ini cerdas. Bahkan jika mereka kalah dalam pertempuran melawan Kekaisaran Maho, mereka masih bisa hidup dengan nyaman.

Setelah pasukan Kekaisaran Maho tiba, pejabat pemerintah dan bangsawan akan kehilangan posisi dan kekuasaan mereka. Rakyat jelata, bagaimanapun, akan memiliki kehidupan yang lebih nyaman. Karenanya, menjadi teman baik dengan beberapa rakyat jelata adalah rencana yang bagus untuk para pejabat tinggi ini. Inilah sebabnya mengapa para pemuda ini menerima perlakuan khusus.

Beberapa wanita muda berjalan mendekat dan melambai kepada para pria muda di sudut. Para pria muda melirik mereka, tetapi tidak bereaksi. Melihat bahwa mereka tidak tertarik, para wanita muda dengan cepat melanjutkan.

Seorang pria dan wanita muncul di sudut. Pria itu tinggi dan tampan, wanita itu mungil dan cantik. Mereka sangat dekat, dan saling berbisik. Ketika mereka melewati sekelompok pemuda, pria itu tiba-tiba tersandung, tanpa sengaja menuangkan anggurnya ke teman kencannya.

Anggur itu menodai pakaian wanita itu dan naik ke wajahnya. Wanita muda itu tersentak. Dia menginjak kakinya dan menampar wajah pria itu, lalu bergegas pergi, menghilang ke malam.

Para pria muda di sudut terkikik. Salah satu dari mereka melirik ke sekeliling dan berkata pelan, “Sang putri memiliki temperamen, bukan, John Muda?”

John muda mendengus dan menyentuh wajahnya. “Kita akan melihat siapa yang tertawa pada akhirnya.”

“Jadi ini pernah terjadi sebelumnya?”

“Diam,” kata John Muda, memutar matanya. “Targetnya ada di bangku di sebelah timur. Kamu akan tahu siapa mereka.”

Para pemuda itu mengangguk. Kelompok itu dibagi menjadi dua kelompok yang lebih kecil, satu menuju timur, dan yang lain, kembali ke pesta. John muda bergegas mengejar sang putri. Dia perlu menenangkannya.

Ada dua wanita muda duduk di bangku. Mereka berpakaian polos, dan tidak luar biasa cantik, itulah sebabnya kebanyakan orang meninggalkan mereka sendirian. Kedua pemuda itu saling melirik. Salah satu dari mereka berjalan perlahan, dan bertanya dengan lembut, “Bisakah kita duduk di sini, nona-nona?”

Kedua wanita muda itu tampaknya terkejut bahwa seseorang sedang berbicara dengan mereka. Mereka tersenyum malu-malu dan pindah sedikit, tetapi tidak ada yang mengatakan apa-apa. Para pemuda itu duduk. Salah satu dari mereka menghirup udara dan berkata, “Baunya enak di sini.”

Kedua wanita muda itu memandang berkeliling dengan rasa ingin tahu. Sudah musim panas, dan sebagian besar bunga hilang. Mereka tidak tahu apa yang dibicarakan para pemuda itu.

“Aku bicara tentangmu,” pemuda itu menoleh ke dua wanita itu dan berkata dengan mengedipkan mata.

Kedua wanita muda itu memerah dan meringkuk lebih dekat, jelas tidak yakin bagaimana harus merespons.

“Seluruh pesta berbau seperti parfum murah,” kata pemuda itu, menggelengkan kepalanya. “Terima kasih Tuhan, kami menemukanmu.”

Para wanita muda saling melirik dan tersenyum, tetapi masih tidak mengatakan apa-apa.

Pria muda itu menjilat bibirnya dan bertanya, “Apakah kalian berdua penyihir?”

“Tidak,” kata gadis muda itu. “Kita tidak bisa belajar sihir. Apakah kamu pendekar pedang?”

“Bagaimana kamu tahu?” pria muda itu bertanya, pura-pura terkejut.

Salah satu gadis tersenyum dan menunjuk ke arah pedang di ikat pinggangnya. Pria muda itu menampar dahinya. “Teman lamaku mengkhianatiku,” katanya.

“Teman lama? Berapa umurmu?”

“Dua puluh empat,” kata pemuda itu. “Bagaimana dengan kamu?” Dia berhenti, lalu menampar kakinya. “Maaf, nona. Saya seharusnya tidak bertanya.”

Gadis muda itu menggelengkan kepalanya. “Jangan khawatir tentang itu. Aku enam belas tahun,” katanya.

Pemuda itu sangat pandai mengadakan pembicaraan. Perlahan, kedua gadis itu mulai berbicara lebih banyak, dan ketegangan mencair. Pria muda lainnya tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak pandai berbicara dengan wanita seperti temannya. Karena itu, ia memilih untuk tetap diam.

Setelah lonjakan sihir yang tiba-tiba, bangunan di kejauhan terbakar. Para tamu pesta di taman, kaget, menatap terbelalak ke gedung. Di sekelilingnya, sosok-sosok gelap naik ke udara dan terbang menuju gedung. Ini bukan api alami.

“Ayo kita periksa,” kata pemuda yang pendiam itu, menghunus pedangnya.

“Tunggu!” kata temannya, meraih lengannya. “Apa kamu tidak tahu? Anfey ada di kota?”

“Maksud kamu apa?”

“Anfey mungkin ingin mengumpulkan semua orang,” kata pemuda itu. “Ayo kita cari tempat kita bisa sendirian, dan bersembunyi di sana.” Dia menoleh ke dua gadis itu dan berkata, “Ikut aku.”

Kedua gadis itu tampak ketakutan. Mereka saling melirik dan, setelah beberapa detik, bangkit untuk mengikuti pria muda itu lebih dalam ke taman.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.