Assassin’s Chronicle - Chapter 434

Bab 434: Tahanan

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

“Apa yang kamu katakan?” Anfey bertanya, mengerutkan kening.

Honna tidak menjawab pertanyaannya. Menyadari dilemanya dan ingin meyakinkan teman-temannya, dia hanya memandang Edy. “Tidakkah kamu berpikir begitu?” dia bertanya dengan tenang.

“Hei, jangan bodoh,” kata Edy dingin. “Kamu hanya berusaha mencari alasan untuk pengecutmu sendiri. Kamu dapat melakukan apapun yang kamu mau, tetapi kamu harus ingat bahwa orang-orang ini akan gagal dan kamu akan dihukum.”

“Mati sekarang dan mati di masa depan tidak ada bedanya denganku,” kata Honna pelan. “Kamu tidak mungkin berpikir ini semua hanya kebetulan.”

“Ada apa, kalau bukan kebetulan?” Edy bertanya sambil mendengus.

Anfey tidak menyela pembicaraan mereka. Jelas, Honna dan Edy bekerja bersama, tetapi Honna tidak setianya yang setia pada Edy.

“Ini kehendak tuhan,” kata Honna.

“Kehendak Tuhan?” Ulang Edy mengejek. “Setiap ahli nujum ada untuk menentang kehendak dewa. Itu tidak berarti apa-apa.”

“Kalau begitu serang aku dengan sihir agungmu, Lord Edy,” kata Honna tajam. “Jika kamu hanya menggunakan mantra ketakutan, maka jangan repot-repot. Kamu tahu itu tidak berpengaruh padaku.”

“Kamu …” Edy meludah dengan marah. “Kamu tidak ingin melihat saudaramu lagi?”

“Aku sudah berusaha melindunginya selama sepuluh tahun sekarang,” kata Honna lembut. “Sudah saatnya aku hidup untuk diriku sendiri.”

“Dengan mengutuknya pada penderitaan abadi,” kata Edy. “Aku tidak pernah menganggapmu egois, Honna.”

Honna meludahi Edy. “Jika aku mati, maka dia menjadi apa-apa. Hanya zombie, dan itu adalah skenario kasus terbaik, apakah aku benar?”

“Kau orang yang malang, menyedihkan,” kata Edy. “Jika kamu akan meninggalkannya sekarang, lalu mengapa kamu menghabiskan sepuluh tahun untuk melindunginya dan menderita?”

Honna menatap Edy, matanya terbakar amarah. Kemudian dia menerjangnya, jari-jarinya mencakar wajah dan lehernya. Edy tidak mendorongnya. Dia melingkarkan jarinya di belati kecil dan menikam perut Honna.

Anfey melihat gerakannya. Dia pindah ke Edy dan meraih pergelangan tangannya sebelum dia bisa melakukan apa saja pada Honna. Lalu dia meraih Honna dan mendorongnya ke arah Suzanna. “Awasi dia,” katanya. Suzanna mengangguk. Honna berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam perdebatan dengan Edy dan dia tidak setia kepada ahli nujum seperti Edy. Dia pasti telah menekan perasaannya untuk waktu yang lama, kalau tidak dia tidak akan berubah dengan mudah.

Tidak seperti ahli nujum normal, ada darah merembes dari luka Edy. Tidak heran dia bisa berkeliling tanpa menimbulkan kecurigaan.

“Edy, katakan padaku, apakah kamu pernah bertemu denganku sebelumnya?” Anfey bertanya.

Edy mengangkat dagunya dan tidak menjawab.

Anfey ingin mengubah topik pembicaraan dan menanyakan sesuatu ketika dia diinterupsi oleh salah satu tentara bayaran, “Tuan, ada banyak kavaleri yang menuju ke sini!”

“Kavaleri?” Arlanga mengulangi. Dia mengerutkan kening dan melirik Anfey.

“Katakan pada mereka untuk tidak khawatir tentang itu,” kata Anfey. “Itu orang-orangku.”

“Jangan khawatir tentang itu!” Arlanga berteriak kepada tentara bayaran di luar. “Mereka bukan musuh.”

Tentara bayaran dan penjaga sangat bingung dengan perkembangan ini. Banyak penjaga dan tentara bayaran tahu bahwa Arlanga tidak kaya dan hanya bertahan dalam bisnis karena teman-temannya telah membantunya. Jika para penunggang itu benar-benar orangnya, mengapa dia mempekerjakan orang lain sebagai penjaga?

Segera, para pengendara mencapai karavan dengan Ling dan Long di depan. Para pembalap hanya berlatih selama beberapa minggu, itulah sebabnya mereka tidak memiliki seragam standar dan tidak tetap dalam formasi. Namun, ini hanya tim pengintai, dan formasi bukanlah hal yang paling penting.

Beberapa saat kemudian, Long muncul di samping kereta.

“Masuk,” kata Anfey. “Apa situasinya?”

Lama melirik ke sekeliling gerbong dan tidak mengatakan apa-apa. “Jangan khawatir,” kata Anfey. “Lanjutkan.”

Long mengangguk. “Kami menemukan beberapa yang akan pergi ke White Mountain City. Kami merawat mereka.”

“Bagaimana dengan arah lainnya?”

“Kami memiliki hampir dua puluh ribu orang, Pak,” kata Long. “Tidak mungkin kita bisa bersembunyi lama-lama. Mereka akan tahu kita akan datang.”

“Saya melihat.”

Mata Arlanga melebar ketika dia mendengar ada hampir dua puluh ribu tentara bayaran yang bekerja untuk Anfey. Bahkan Edy tampak terkejut.

“Biarkan aku memperkenalkanmu,” kata Anfey. “Ini Lady Honna. Ini Edy, yang juga seorang ahli nujum. Aku percaya kamu untuk merawat mereka saat aku pergi.”

“Ahli nujum?”

“Jangan khawatir,” kata Anfey. “Dia bukan orang yang sangat baik.”

“Haruskah aku mengambilnya sekarang?” Tanya lama, menatap Edy.

“Hati-hati,” kata Anfey. “Edy kesabaran.”

“Aku akan mengawasinya sendiri,” kata Long.

Keributan tiba-tiba menyela Long. Anfey mengerutkan kening. “Apa itu tadi?”

Long menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu.

“Arlanga,” kata Anfey. “Jaga anak buahmu. Jangan biarkan mereka melakukan sesuatu yang keluar dari barisan.”

Arlanga tidak suka diperintah, tapi dia tidak punya pilihan selain mengikuti arahan Anfey. Dia mengangguk pada Suzanna dan Anfey dan bergegas keluar dari kereta.

“Karavan ini …”

“Jangan khawatir tentang mereka,” kata Anfey. “Mereka akan pergi ke Maho Empire untuk mencari makanan. Jika kau menemukan sesuatu dalam beberapa hari ke depan, hubungi Christian. Tidak perlu mencariku.”

“Ya, Tuan,” kata Long dengan anggukan.

Anfey melirik Honna, yang duduk di sebelah Suzanna dan menatap tanah. Dia kaget, dan dia tahu dia tidak bisa mendapatkan sesuatu yang berguna darinya. Lebih baik biarkan dia istirahat sebentar sebelum berbicara dengannya.

“Bawa mereka pergi,” kata Anfey. Dia melirik cincin yang baru saja dia temukan. Dia mengarahkannya ke Long, dan cincin itu meledak menjadi lampu hijau.

“Apa ini?” Tanya panjang ingin tahu.

“Tambahan yang bermanfaat,” kata Anfey.

Long mengangguk dan tidak bertanya lebih jauh. Dia menoleh ke Edy dan berkata, “Ikut aku.”

Edy melirik Long tetapi tidak bergerak. Long bertanya lagi, dan Edy masih tidak bergerak. Long menghela napas dan meraih, meraih rambut Edy dan membenturkan kepalanya ke dinding kereta. Edy mengutuk keras dan pingsan.

Long menghela nafas dan meraih pundaknya, menyeretnya keluar dari kereta.

“Tunggu!” Kata Anfey, tiba-tiba memperhatikan kapalan di tangan Edy. “Hei, apakah Edy hanya ahli nujum?”

Honna menatap Edy dan berkata pelan, “Aku tidak tahu.”

“Tidak tahu ada disiplin ganda di antara ahli nujum juga,” kata Anfey. “Lama, hati-hati. Dia mungkin sulit.”

“Aku akan,” kata Long sebelum menghilang dari kereta bersama Edy.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.