Assassin’s Chronicle - Chapter 212

Bab 212: Masa Depan

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

Tubuh Urter bergetar karena rasa sakit, dan dahinya ditutupi lapisan tipis keringat. Tangannya yang terluka hampir tidak bisa bergerak, dan tangan yang memberikan tekanan bergetar. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa Urter masih bisa mengendalikan dirinya sendiri. Jika itu adalah orang biasa, dia akan berteriak kesakitan. “Mengapa?” dia bertanya dengan gigi terkatup.

“Apakah kamu benar-benar ingin aku memberi tahu kamu mengapa?” Anfey bertanya, mengerutkan kening.

Urter mengambil napas dalam-dalam dan menatap luka di tangannya.

“Kamu muncul segera setelah kami melakukannya. Lalu pria Shamash itu muncul segera setelah kamu melakukannya. Tidakkah kamu pikir itu agak mencurigakan?” Anfey bertanya. “Juga, katakan padaku. Apa maksudmu dengan ‘pemilik anjing’?” Meskipun dia tidak yakin bagaimana Urter melakukannya, Anfey yakin ada dendam antara Urter dan Shamash. Urter berusaha menunjukkan kepada Shamash bahwa ia mendapat dukungan dari Anfey; kalau tidak, Shamash tidak akan mengatakan apa yang dikatakannya ketika dia masuk ke kamar.

Urter tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Darah dari lukanya sudah menyebar ke seluruh meja, tapi dia tidak bergerak untuk melepaskan belati.

“Sejujurnya, aku benci digunakan. Anggap ini sebagai peringatan. Lain kali ini bukan tanganmu,” kata Anfey. Dia berdiri perlahan dan merobek belati dari tangan Urter. “Ayo, ayo pergi,” katanya. Dia tidak ingin berbicara dengan pria itu lagi. Dia tidak suka dibohongi dan digunakan.

Tubuh Urter menegang, dan napasnya menjadi acak-acakan. Anfey tidak melihat pria itu, dan mulai berjalan keluar dari kamar. “Tunggu,” panggil Urter tepat ketika Anfey mencapai pintu. “Aku punya sesuatu yang ingin aku katakan padamu.”

“Apakah ada kebutuhan untuk itu?”

“Iya.”

Anfey mengerutkan kening dan ragu-ragu. Dia berbalik dan berjalan kembali ke meja, “apa yang ingin kamu katakan padaku?”

“Shamash adalah putra keenam Marquis Djoser. Setelah tentara Shansa menduduki Kota Violet, Marquis memimpin pertempuran kecil melawan para prajurit dan membayar mahal. Lima putranya tewas. Shamash adalah satu-satunya yang tersisa.”

“Kenapa aku harus peduli?” Anfey bertanya, tersenyum.

“Kenapa kamu tidak?” Urter bertanya.

Anfey mengerutkan kening. Dia belum pernah bertemu orang yang bertindak begitu tenang setelah rencana mereka digagalkan. Urter tampak seperti mengatakan yang sebenarnya, dan punya alasan penting untuk melakukannya.

Anfey duduk kembali dan menatap Urter. “Katakan padaku. Kenapa aku harus peduli?”

“Jika Anda tahu apa-apa tentang sejarah Kekaisaran Maho, Anda harus tahu bahwa leluhur Marquis Djoser adalah satu dari sepuluh lelaki yang membantu menemukan bangsa. Keluarga itu memiliki lencana untuk membuktikannya, dan memiliki kekuatan turun-temurun. Keluarga telah akan menurun sejak itu. Namun, itu masih memiliki pengaruh signifikan di sini dan di Kota Suci. ”

Anfey mengerutkan kening. Apa yang dikatakan Urter terdengar seperti ocehan yang tidak berguna, tetapi tidak ada yang akan mengatakan hal-hal yang tidak berguna ketika darahnya menetes ke meja. Anfey mendengarkan dengan cermat.

“Marquis hanya memiliki beberapa lusin tentara, dan ada lebih dari tujuh ribu tentara Shansa berkemah di sini setelah kota itu jatuh. Marquis, secara logis, tidak bisa berbuat banyak, meskipun dia mengorbankan lima putra. Menurut Anda, Yang Mulia harus menghormatinya ? ”

“Tentu saja.”

“Ada selusin hitungan di kota ini, dan hanya satu marquis,” kata Urter, menatap Anfey. “Marquis Djoser telah mengorbankan hampir segalanya, dan satu-satunya yang dia dapat hanyalah beberapa koin dan tanah. Violet City mendatangimu, Tuanku, seorang bangsawan. Yang berarti bahwa, kecuali Marquis bersembunyi di tanahnya dan menolak untuk pergi, dia harus menjawab Anda. ”

“Maksudmu dia cemburu?”

“Bukan hanya Marquis. Hitungannya juga cemburu,” kata Urter. Dia mencoba tersenyum, tetapi ototnya bergerak-gerak. “Kecemburuan sudah cukup untuk memutarbalikkan pikiran seorang lelaki, Tuanku. Kamu sedang tidak dalam situasi yang sangat baik saat ini.”

Anfey mengerutkan kening. Dia tahu bahwa Urter benar. Masa depannya tidak jelas.

“Apakah kamu tahu seberapa besar tanah Marquis Djoser, Tuanku?” Urter bertanya. “Hanya enam puluh acre. Bahkan sepertiga kota.”

“Kau mencoba memulai pertarungan antara aku dan Shamash karena ini?” Anfey bertanya, tersenyum.

“Aku hanya berharap kamu bisa lebih berhati-hati, Tuanku,” kata Urter perlahan. “Jangan tertipu oleh kebaikan setengah hati, Tuanku. Aku baru tiga tahun di sini, tapi aku sudah mengenal kota ini dengan baik.”

“Kalau begitu, mengapa kamu membantuku?”

“Karena aku sheriff, dan aku tidak pernah bisa berdiri di tanah netral. Setiap kali terjadi sesuatu, aku yang pertama turun,” kata Urter, mengangkat bahu. “Aku hanya ingin memilih sisi yang lebih cakap.”

“Kamu pikir aku lebih cakap?”

“Seperti yang baru saja saya katakan, Tuanku: Saya kenal orang-orang ini. Satu-satunya yang dimiliki Marquis adalah reputasinya. Dia jauh dari kemampuan, sama seperti putranya. Anak-anaknya terbunuh bukan karena mereka tak kenal takut tetapi karena mereka pengecut bernafsu. ”

Anfey mengangkat alis. “Mengapa demikian?” Dia bertanya.

“Mereka sudah lama mengamati seorang gadis muda dari pinggiran kota, tetapi tidak bisa berbuat banyak selama tahun-tahun damai karena takut akan hukuman. Setelah tentara Shansa tiba, mereka membawa gadis malang itu di tengah kekacauan. Kekasih gadis itu Dia marah dan bergabung dengan tentara Shansa. Dengan seseorang yang tahu kota itu, tidak ada putra Marquis yang lolos. Saya tidak tahu bagaimana Marquis Djoser melaporkan apa yang terjadi, tetapi saya tahu bahwa dia tidak melaporkan dengan jujur. ” Urter berhenti sebentar. Dia melirik tangannya dan melanjutkan, “Aku sudah mendengar tentang apa yang kamu lakukan, Tuanku. Aku tahu kamu jauh lebih mampu daripada Marquis. Aku tahu sekarang bahwa kamu adalah seseorang yang tidak ragu-ragu.”

Meskipun dia sudah mengakui segalanya, Urter masih bergetar, sebagian karena takut. Dia telah menemukan sangat sedikit pria yang brutal seperti Anfey. Jika dia membidik hatinya, Urter yakin dia akan mati sekarang. Mungkin itu sebabnya dia bisa membunuh cucu Philip. Dia kurang seperti politisi dan lebih seperti pembunuh.

“Kenapa kamu tidak memberitahuku saja?”

“Apakah Anda akan percaya padaku, Tuanku?”

Anfey terdiam. Setelah dia menyadari bahwa Urter berusaha membuat dendam antara dia dan Shamash, dia memilih intimidasi, yang selalu berhasil baginya. Sekarang, bagaimanapun, dia menyadari betapa naifnya dia. Jika dia lebih tua, dia tidak akan memilih cara seperti itu untuk menghadapi situasi tersebut. Pada akhirnya, intimidasi tidak akan mengubah apa pun. Musuh-musuhnya akan tetap menjadi musuhnya, tetapi ia dapat menghancurkan potensi pertemanan. Dengan mengintimidasi musuh-musuhnya, dia bisa memperingatkan mereka untuk lebih berhati-hati. Ini adalah cara yang mengerikan untuk mendekati situasi seperti ini.

“Aku harus jujur padamu sekarang, Anfey,” Tiba-tiba Apa berkata. “Aku sudah mengenal Urter selama bertahun-tahun sekarang. Kami berlatih bersama sekali, tetapi karena kondisi aneh dia tidak bisa menggunakan sihir atau kekuatan tempur. Mereka membiarkannya pergi pada akhirnya, dan dia menjadi sheriff Kota Violet,” kata Apa . Dia tahu kedua belah pihak dalam pertarungan, dan karena itu dia berada dalam situasi yang sangat canggung. Dia tahu dia harus mengurangi ketegangan. “Urter, kenapa kamu tidak memberitahuku saja? Aku selalu bisa berbicara dengan mereka untukmu.”

“Apakah itu mendapatkan tulangmu?” Black Eleven bertanya, mendorong dirinya. Dia menemukan beberapa ramuan penyembuhan dan mulai bekerja pada luka Urter.

“Yah, aku tahu bagaimana cara bekerja denganmu sekarang, Tuan Anfey,” kata Urter sambil tersenyum paksa. “Semua orang berpikir bahwa mereka berutang budi padaku, yang merupakan hal yang baik untukku dalam jangka panjang.”

Anfey tidak mengatakan apa-apa. Dia menatap Urter, mengamati ekspresinya. Penjelasan Urter masuk akal. Jika ia memiliki motif tersembunyi, itu mengesankan bahwa ia dapat menemukan penjelasan ini dalam waktu singkat. Anfey memutuskan dia akan mempercayai pria itu untuk saat ini.

“Apakah hubunganmu dengan Marquis selalu tegang?” Anfey bertanya.

“Sangat,” kata Urter alami. “Itulah sebabnya aku ingin membantumu, Tuanku. Jika bukan karena invasi mendadak Kekaisaran Shansa, mereka mungkin telah menemukan cara untuk mengusirku keluar dari kota.”

Anfey mengangguk. Dia mempercayai Urter lebih dari yang dia lakukan beberapa menit yang lalu, tetapi masih belum sepenuhnya. Dia telah melihat terlalu banyak orang untuk sepenuhnya mempercayai siapa pun. Bahkan di antara timnya, hanya ada dua atau tiga orang yang bisa dia andalkan sepenuhnya.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.