A Billion Stars Can’t Amount to You - A Billion Stars Can’t Amount to You Chapter 283

Bab 283: Bisakah Kamu Memberiku Pelukan? (3)

Penerjemah: Editor Paperplane: Caron_

He Jichen mengerutkan alisnya ketika kebingungan muncul di matanya.

Ya ya ya, untuk meminta maaf … alasan ini bisa dibilang tidak masuk akal!

Ji Yi diam-diam memuji dirinya sendiri betapa cerdasnya dia saat dia terus memberi tahu He Jichen: “Meskipun orang-orang Qian Ge menggunakan banyak trik murah pada saya, saya masih tidak harus pergi ke tindakan drastis seperti kemarin. Bagaimanapun, tim produksi bukan rumah saya. Untuk sepenuhnya menyesuaikan jadwal pemotretan pasti telah mengacaukan para aktor dan mengganggu kru produksi. Saya sangat menyesal. ”

Jadi dia menyangkal saya dengan tiga “Tidak” hanya karena ini … Sukacita mengisi hati He Jichen karena kebodohan di matanya langsung terhapus. Suaranya terdengar jauh lebih lembut ketika dia berkata, “Ini sudah berakhir, jadi jangan khawatir tentang itu.”

Ji Yi tidak pernah membayangkan He Jichen memiliki sisi yang pemarah, jadi dia terkejut ketika dia berkata dengan lembut, “Mhm.” Lalu dia diam-diam melirik pria itu.

Dengan tangan kirinya, dia mengeluarkan kotak nasi goreng telur dari tas yang dibawanya.

Melihat betapa tidak nyamannya bagi He Jichen untuk menggunakan tangan kirinya di restoran, Ji Yi buru-buru mengulurkan tangannya untuk mengambil sendok yang dia minta pelayan untuk berkemas.

Dia menarik sendok keluar dari tas dan menyeka dengan tisu kemudian melonggarkan nasi goreng telur. Setelah selesai menyendok sendok, dia menyerahkannya kepada He Jichen.

He Jichen tidak mengambil sendok setelah dia melihat semua yang dia lakukan.

Ji Yi melirik He Jichen dengan bingung; ekspresinya tidak berubah – dia sedingin biasanya, tapi ada senyuman diam-diam di sudut matanya.

Tertegun, Ji Yi tidak yakin apakah dia hanya melihat sesuatu ketika ekspresi He Jichen menghilang. Dia akhirnya mengulurkan tangannya untuk mengambil sendok dari tangannya.

Ji Yi tinggal di sisinya sambil makan.

Melihat betapa sulitnya baginya untuk menyendok nasi dengan sendoknya, dia mengulurkan tangan dan membantunya aduk-aduk sesekali.

Keduanya sinkron. Meskipun mereka tidak benar-benar berbicara satu sama lain, suasananya tampak ramah.

Ketika Ji Yi melihat bagian bawah kotak nasi goreng telur, dia bangkit dan berjalan ke meja bar dan membuat He Jichen secangkir kopi. Ketika dia membawa cangkir itu kembali kepadanya, dia sudah selesai makan dan mengetuk teleponnya.

Saat Ji Yi dengan lembut meletakkan kopi di depan He Jichen, dia mendongak dan meliriknya. Dia menunjuk ke sofa di sampingnya dan dengan tenang berkata, “Mohon tunggu.” Kemudian dia menundukkan kepalanya dan mengetuk telepon dengan tangan kirinya.

Ji Yi secara kebetulan melirik ke telepon He Jichen untuk melihat bahwa dia membalas email. Menyadari bahwa dia sedang berurusan dengan pekerjaan, dia duduk diam di samping.

Ketika dia melihat He Jichen di teleponnya, dia ingat bahwa dia tidak menyentuh teleponnya sepanjang hari, jadi dia mengeluarkannya dari sakunya.

Ji Yi membuka kunci layar ponsel, membuka WeChat karena kebiasaan, dan melihat serangkaian pemberitahuan. Ji Yi menggesekkannya ke bawah, dan setelah dia selesai mengirim Tang Huahua balasan, dia melihat ke bawah ke nama yang dikenal di bagian bawah layar: Yuguang Ge.

Ada dua pesan yang belum dibaca.

Stempel waktu menunjukkan bahwa mereka dikirim melewati pukul satu pagi tadi malam.

–> Baca Novel di novelku.id <–